Abu Hurairah RA menuturkan, seorang laki-laki berkata kepada Nabi, "Berilah aku wasiat." Beliau SAW bersabda, "Jangan marah!" Laki-laki itu bertanya berulang-ulang dan tetap dijawab Beliau SAW, "Jangan Marah!" (HR Al-Bukhari).
Salah satu hal yang berisiko menyebabkan kematian dini adalah marah. Belum lama ini, riset dari Iowa State University menunjukkan 25 persen orang yang suka marah memiliki risiko kematian 1,57 kali lebih besar dibanding mereka yang lebih sedikit merasa marah. Penelitian diambil dari 1.307 pria yang telah di pantau selama 40 tahun.
Riset ini mempertegas apa yang telah disampaikan Nabi SAW ribuan tahun silam ketika memberi nasihat kepada seorang laki-laki agar tidak marah. Wasiat yang tampaknya sederhana dan simpel, tetapi efeknya sangat besar. Sering marah ternyata dapat mempercepat risiko kematian dini. Dengan kata lain, sering marah dapat memperpendek umur.
Umur sejatinya adalah rahasia Allah, dan tidak ada yang tahu kecuali Dia semata. Manusialah yang berperan pada panjang atau pendeknya umur dengan ikhtiarnya. Orang yang sakit berat, misalnya, akan berusaha untuk tetap panjang umur dengan cara berobat. Orang yang karena frustrasi atau sebab yang lainnya, misalnya, nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Jadi, manusialah yang pada akhirnya menentukan umurnya. Dalam hal ini, dengan wasiat untuk tidak marah, Nabi secara tidak langsung memberi resep agar manusia panjang umur. Menahan marah berpotensi panjang umur karena orang tersebut akan sehat, baik sehat fisik maupun nonfisik. Secara fisik para ahli kesehatan telah menyatakan bahwa marah dapat memicu risiko tekanan darah tinggi dan sakit jantung.
Secara nonfisik, orang yang jarang marah hidupnya cenderung lebih tenang, rileks, dan stabil. Artinya, orang ini akan cenderung lebih bahagia hidupnya. Kebahagiaan inilah yang dapat membuat seseorang panjang umur karena tidak ada beban dipikiran dan hatinya. Hidupnya penuh dengan ketulusan dan keikhlasan.
Selain berisiko buruk bagi orang yang suka marah, marah juga dapat berefek buruk bagi orang lain. Karena marah, orang lain dapat mengalami hal buruk, bahkan lebih buruk. Karena marah, orang bisa berkelahi hingga jatuh korban. Karena marah, hubungan dengan orang lain bisa terputus.
Karena marah, muncul dendam terpendam di hati yang sewaktu-waktu dapat meletup. Karena marah juga, hilang rasa kasih sayang, yang ada hanya kebencian. Ini jelas merusak hubungan sosial.
Menahan marah dalam sebuah hadis dikatakan sebagai perbuatan yang paling mulia di sisi Allah. Nabi bersabda, "Tidak ada sesuatu yang ditelan seorang hamba yang lebih utama di sisi Allah daripada menelan (menahan) amarah yang ditelannya karena mencari keridaan Allah." (HR Ahmad). Wallahu a'lam.
(sumber:Republika edisi Rabu, 16 Desember 2015 Hal. 12 Oleh Nur Faridah)
Related Posts
Rahasia Allah
Hidup itu faktanya memang dinamis, selalu terjadi dua yang saling bertukar: kebahagiaan dan kedukaa[...]
Memanfaatkan Waktu
Pada suatu hari, Umar bin Abdul Aziz dihadapkan pada pekerjaan-pekerjaan yang menum puk hingga ia le[...]
Agar Jeruk Kecut tak Sia-Sia
Hidup ini kejam, kata politikus. Sehingga, banyak politikus saling gugat di pengadilan. Hidup ini pa[...]
Haruskah Menunggu Tua?
Tidak sedikit Alquran menceritakan sosok pemuda ideal. Tidak sekadar memuji, Alquran bahkan menjadik[...]
Menggapai Rahmat Allah SWT
Diceritakan bahwa Nabi Ayyub AS sedang dalam keadaan mandi, tiba-tiba terdapat belalang emas jatuh t[...]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment