Subhanallah, detik pun berganti ke menit, jam, hari, minggu, bulan, dan akhirnya sampailah kita pada pengujung tahun. Dan, bagi seorang Mukmin, pergantian tahun ini pun seperti menegaskan bahwa ia hanya sebuah siklus sunnatullah dari perjalanan sebuah waktu. Sebuah titian kumparan waktu yang pasti pada akhirnya akan berhenti di satu titik, kematian.

Semestinya pergantian hari, bulan, dan tahun merupakan pengingat bagi kita untuk menghitung-hitung seberapa banyak bekal yang sudah kita siapkan, membuat kita semakin menunduk takut dan tak mampu memamerkan wajah pongah di hadapan Sang Penguasa waktu, semakin mendekatkan kita ke padang kematian.

Tapi faktanya, pergantian tahun, khususnya tahun baru Masehi, selalu diisi dengan kegiatan gegap gempita, ribut suara terompet, dentuman petasan dan kembang api, dan kadang kala diisi dengan pesta minum-minuman keras dan zina. Miris!

Tak pelak, imbauan alim ulama di seluruh belahan dunia beredar dalam berbagai medsos kita. Tidak sedikit beliau-beliau yang mulia mendesak pemerintah untuk secara resmi membatalkan acara perayaan tahun baru karena itu merupakan budaya orang Yahudi. Mudharatnya lebih besar ketimbang manfaatnya, hanya menjadi ajang berbuat dosa dan juga menghambur-hamburkan uang. Dan yang pasti, perayaan malam tahun baru tidak ada tuntunannnya dalam Islam!

Sekali lagi, sikap Mukmin terhadap perubahan waktu tidak boleh terjebak pada seremoni akhir tahun.
Tidak ada contoh sunahnya dari Rasulullah untuk merayakan tahun baru, bakar petasan, tiup terompet, saling mengucapkan selamat, apalagi sampai maksiat.

Ini perayaan yang sia-sia, mubazir, dan jauh dari syariat Allah. "Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan," (QS al Isro': 26-27).

Rasulullah bersabda, "Dulu kalian memiliki dua hari untuk bersenang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik, yaitu hari Idul Fitri dan Idul Adha." (HR An-Nasaai).

Simak dan taatilah nasihat Rasulullah SAW yang melarang umatnya meniup terompet karena itu tradisinya orang-orang Yahudi. (HR Abu Daud).
Untuk kesekian kalinya, bersama harian ini, kami dari Majelis Az-Zikra menggelar zikir dan tabligh akbar, bertepatan pada malam tahun baru, tapi bukan untuk merayakan tahun baru, tetapi dalam rangka al-Amru bil ma'ruf wan nahyu `anil munkar. Alasan utamanya untuk menjadi amal penyeimbang karena sudah terlalu hebatnya maksiat dalam malam tahun baru itu.

Sungguh bagi orang beriman setiap hari adalah perubahan waktu. Karena itulah, orang-orang beriman terus sibuk bermuhasabah diri, ibadah, amal saleh, dan dakwah.

Semoga kita semua selalu dalam hidayah Allah untuk tidak terkecoh dengan buaian dunia yang sebentar ini, sampai Allah wafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin.

'' Karena itulah, orang-orang beriman terus sibuk bermuhasabah diri, ibadah, amal saleh, dan dakwah.

(sumber:Republika edisi Kamis, 31 Desember 2015 Hal. 8 Oleh Muhammad Arifin Ilham)

Post a Comment

 
Top