Setiap Muslim tentu ingin--setidaknya merasakan--bertemu dengan Allah SWT. Secara umum, orang Islam beranggapan bahwa berjumpa dengan Allah SWT hanya bisa dilakukan melalui ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, berdoa, berzikir, sampai pergi ke tempat-tempat suci seperti Makkah untuk berhaji dan umrah. Tentu anggapan ini tidak salah, namun tidak seratus persen benar.
Melakukan ibadah ritual saja tanpa berdampak pada akhlak sosial, ibadah tersebut tidak hanya sia-sia (tidak bermakna) tapi juga bisa mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya. Shalat yang tidak melahirkan kepedulian sosial disebut dalam Alquran sebagai shalat sahun (lalai) dan pengamalnya digelari sebagai pendusta agama.
Shalat model begini alih-alih berpahala atau dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, malah yang ada ancaman kecelakaan (neraka wail). Sebagaimana firman Allah SWT, "Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka, celakalah bagi orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna."
(QS al-Maun: 1-7).
Dalam pandangan Islam, hubungan ibadah ritual dan akhlak sosial bagaikan ruh dan jasad pada diri manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Satu dengan yang lain saling berkaitan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, namanya bukan lagi manusia. Demikian juga hubungan ibadah ritual dengan akhlak sosial. Keduanya tidak boleh dipisahkan, tapi satu yang lain harus saling berhubungan.
Shalat yang baik mesti melahirkan kesadaran zakat, infak, dan akhlak baik. Mengenai hal tersebut ditegaskan oleh Alquran, "Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat." (QS al-Baqarah: 110). ".... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah (perbuatan) keji dan munkar." (QS al-Ankabut: 45).
Pandangan Islam seperti di atas menyadarkan kita bahwa untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tidak hanya dapat dilakukan melalui shalat, doa, zikir, atau ibadah ritual lainnya. Tapi, dapat juga melalui pengkhidmatan (pelayanan) terhadap sesama manusia. Salah satu indikator kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT adalah mendapat pertolongan dari-Nya. Sabda Nabi SAW, "Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya." (HR Muslim).
Bahkan, di dalam sebuah hadis Qudsi disebutkan bahwa pengkhidmatan kepada sesama manusia tidak hanya dapat mendekatkan diri kepada Allah, tapi sekaligus sebagai upaya bertemu dengan Allah SWT. Ketika kita menjenguk orang sakit, memberi makan yang kelaparan, memberi minum yang kehausan hakikatnya kita sedang bertemu dengan Allah SWT sebab ia berada di sisi dan di tengah-tengah mereka.
Jadi, bertemu dengan Allah SWT tidak mesti melalui shalat dan zikir di tempat yang sepi saja, tapi juga dapat melalui pengkhidmatan terhadap sesama di tempat keramaian. Wallahu a'lam.
(sumber:Republika edisi Kamis, 28 Januari 2016 Hal. 12 Oleh Karman)
Related Posts
Jabat Tangan Malaikat
Salah seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Hanzhalah al-Usaidi bercerita, "Saya pernah bertemu Abu[...]
Mengatasi Kegundahan
Dalam mengarungi romantika kehidupan, terkadang seseorang dihadapkan pada kebingungan, kesedihan, ke[...]
Orang-Orang yang Dibenci
Dalam kitab Riyadhush-Shalihin, Imam an-Nawawi menukil sebuah hadis yang diriwayatkan Imam At-Turmud[...]
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Post a Comment