Apa pun namanya, meski diperhalus dengan bahasa seperti mencatut nama, tetap intinya sama, yaitu dusta. Mencatut nama adalah pekerjaan yang pasti yang dipinjamkan namanya tidak tahu sama sekali dan tidak berizin dan tidak punya restu darinya.

Dalam dunia siber disebut hacking atau peretasan, yaitu menjebol akun lalu mengatasnamakan pemilik akun dan bertindak sekehendaknya. Seperti, meminjam sejumlah dana karena alasan tertentu yang bersifat mengetuk, mengiba, dan melankoli. Nah, semua itu tetap istilahnya sama, yaitu pekerjaan dusta.

Seperti yang menimpa sahabat-sahabat asatizdi majelis. Salah satu akun media sosial mereka telah diretas. Hal tersebut jelas sangat merugikan segalanya, seperti waktu, tenaga, materi, bahkan reputasi dan nama baik.
Yang melakukan dusta ini segeralah bertobat dan mengembalikan hak yang telah diambil, dan yang menjadi korban semoga sabar dan diberi kekuatan oleh Allah SWT.

Untuk sesuatu dengan sifat kedustaannya kepada Nabi Muhammad SAW, Islam sangat tegas menghukumkan dosa besar bahkan bisa kafir. Imam Adz Dzahabi dalam kitab Al-Kabair berkata, "Berdusta atas nama Nabi SAW adalah bentuk kekufuran yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak ragu lagi bahwa siapa saja yang sengaja berdusta atas nama Rasulullah SAW dalam menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal berarti ia melakukan kekufuran."

Dari Al-Mughirah, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka." (HR Bukhari No 1291 dan Muslim No 4).

Tentang kedustaan atas nama yang lain, Alquran sebanyak 280 kali mem berikan ancaman keras kepada yang biasa berdusta. "Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang boros dan pendusta." (QS Ghafir: 28). "Celaka bagi orang yang pembohong dan pendosa." (QS al-Jatsiyah: 7). "Orang yang mengadakan kebohongan adalah orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah. Mereka adalah para pendusta." (QS an-Nahl: 105).

Mencatut nama dan meretas adalah bagian dari kemunafikan dan kepicikan akalnya sehingga mengancam jati diri imannya. Rasulullah SAW bersabda, "Tanda orang munafik ada tiga. Apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia khianat." (HR Bukhari dan Muslim).

Boleh jadi, sekarang di sini, si pendusta atau peretas itu selamat dan aman di dunia. Ia berhasil memengaruhi para korban sehingga mengikuti kemauan culasnya, maka di sisi Allah ia tidak akan bisa selamat. "Dusta mengantar pada kejahatan, dan kejahatan mengantar kepada neraka. Manakala seseorang terus berdusta dan berusaha berdusta, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (HR Bukhari). Wallahu a'lam.

 

(sumber:Republika edisi Jumat, 12 Februari 2016 Hal. 12 Oleh Ustaz Muhammad Arifin Ilham)

Post a Comment

 
Top