Setiap manusia pasti pernah mengalami masalah berat. Allah sengaja menguji manusia untuk melihat siapa yang mampu bertahan dan lulus dalam ujian. Lulus di sini bermakna manusia tetap berada di jalan yang benar, tetap taat, dan menjalani syariat Islam dengan baik, sebesar apa pun ujiannya.

"Dialah yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya." (QS al-Mulk [67]: 2).
Di antara masalah paling sering adalah masalah keuangan. Tingginya tuntutan materi tidak dibarengi tersedianya sumber penghasilan yang bisa memberikan jaminan kehidupan layak.

Apa yang harus dilakukan saat menghadapi masalah keuangan yang sangat berat? Pertama, meyakini bahwa sumber rezeki adalah dari Allah SWT, Zat Yang Mahakaya (QS al-An'am [6]: 133, Yunus [10]: 68, Muhammad [47]: 38). Rasul menggambarkan dalam sebuah hadis, kekayaan Allah bagaikan luasnya samudra dan semua permintaan manusia yang dikabulkan seperti air yang menempel pada jarum ketika dimasukkan ke samudra (HR Muslim).

Kedua, meyakini bahwa Allah-lah yang membagi rezeki manusia (QS az-Zukhruf [43]: 32). Allah menyatakan, menjadi tanggung jawab-Nya untuk memberikan rezeki kepada semua makhluk-Nya (QS Hud [11]: 6). Sebagian orang dilapangkan rezekinya, sebagian yang lain disempitkan (QS ar-Ra'd [13]: 26). Semua rezeki yang diturunkan ke bumi sudah disertai nama penerimanya sehingga tidak mungkin tertukar.

Ketiga, introspeksi diri. Bisa jadi Allah memberikan ujian karena kesalahan kita di masa lalu (HR Ibnu Majah). Bagi seorang mukmin, ujian menjadi sarana kembali kepada Allah, mengoreksi kesalahan dan dosa. Ujian adalah ungkapan rasa sayang Allah kepada hamba-Nya.

Keempat, mendekatkan diri kepada Allah. Tidak ada kehidupan yang lebih indah daripada kehidupan yang diridhai dan dibimbing Allah SWT. "Tidak ada cara hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku yang lebih aku cintai selain kewajiban yang aku perintahkan, dan jika ia terus melakukan ibadah yang sunah maka aku akan mencintai-Nya. Jika aku mencintai-Nya maka Aku akan menjadi pendengaran yang ia jadikan untuk mendengar, menjadi mata yang ia jadikan untuk memandang, menjadi tangan untuk memukul, dan menjadi kaki untuk berjalan." (HR Bukhari Muslim).

Kelima, terus berusaha untuk mendapatkan rezeki dan tidak berputus asa. Allah tidak akan mengubah nasib kita kecuali kalau kita berusaha mengubahnya (QS al-Anfal [8]: 53). Usaha adalah bentuk optimisme manusia mendapatkan karunia Allah. Dan Allah berjanji menuntun jalan hamba-Nya yang mau berusaha (QS al-Ankabut [29]: 69). Maka tidak ada kata putus asa dalam kamus Islam.

Selama kita berusaha dengan kesungguhan, berdoa penuh keikhlasan, berpasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah, pasti akan terbuka semua jalan, sebesar dan seberat apa pun masalahnya.
(sumber:Republika edisi Sabtu, 13 Februari 2016 Hal. 12 Oleh Achmad Dahlan)

Post a Comment

 
Top