Orang Barat menyebut hari ini dengan sebutan present. Salah satu makna kata present dalam kamus adalah hadiah (gift). Jadi orang Barat menganggap hari ini adalah hadiah yang mesti diterima dengan penuh kegembiraan.

Sejalan dengan anggapan orang Barat, Islam menganggap hari ini sebagai nikmat Allah SWT. Hal itu tecermin dari doa yang diajarkan Rasulullah SAW ketika bangun tidur yaitu, ”Alhamdullillahilladzi ahyaanaa bada maa amaatanaa wa ilaihin nushur” (Segala puji bagi Allah, yang telah membangunkan kami setelah menidurkan kami dan kepada-Nya lah kami dibangkitkan). (HR Bukhari ).

Tidur adalah kematian sementara. Kalau Allah SWT menghendaki ruh tersebut akan ditahan (mati seterusnya) atau dilepas kembali (hidup kembali) (Az Zumar: 24). Jadi bangun dari tidur merupakan nikmat sangat besar yang dihadiahkan Allah SWT. Setelah tidur, kita dihidupkan kembali melalui bangun pagi. Kita dapat kembali menghirup udara segar dan dipertemukan kembali dengan orang-orang tercinta.

Oleh karena itu, ketika bangun di pagi hari kita disunahkan mengucapkan Alhamdulilah sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT atas hadiah nikmat yang diberikan-Nya berupa kehidupan. Ada tiga cara bersyukur terhadap nikmat hari ini yaitu pertama, bersyukur dengan hati; kedua, bersyukur dengan lisan; dan ketiga, bersyukur dengan perbuatan.

Bersyukur dengan hati adalah menerima nikmat hari ini dengan penuh kegembiraan dan optimisme. Sikap ini penting kita bangun sebab tidak sedikit orang yang mengawali harinya dengan keluh kesah dan mengomeli keadaan.

Mereka lupa bahwa kondisi jiwa pada awal hari akan menentukan keadaan berikutnya. Mengawali hari dengan penuh kegembiraan dan optimisme akan membantu penyelesaian problem-problem pada waktu berikutnya. Sesulit apapun persoalan yang dihadapi akan relatif mudah diselesaikan sehingga nikmat hidup yang dihadiahkan Allah SWT pada hari ini akan semakin bermakna.

Sebaliknya, jika awal hari dimulai dengan keluh kesah dan penuh pesimisme, semudah apapun problem waktu berikutnya pasti akan terasa sulit. Kehidupan akan terasa sebagai siksaan.

Hal tersebut dikuatkan oleh firman Allah SWT “... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(Q.S Ibrahim: 7).

Bersyukur dengan lisan adalah mengekspresikan rasa gembira tersebut dengan ucapan hamdalah. Ucapan ini merupakan salah satu kalimat thayyibah yang akan melahirkan energi positif pada jiwa. Kalimat ini akan membangun jiwa lebih tenang.

Keadaan jiwa yang tenang merupakan prakondisi memasuki kebahagiaan yang sesungguhnya. Alquran menegaskan hal tersebut,”... Ketahuilah, hanya dengan zikir (ingat) kepada Allah hati menjadi tenang.” (QS Ar Ra’d, 13 : 28)

Bersyukur dengan perbuatan adalah mengisi waktu hidup hari ini dengan amal-amal salih. Melakukan amal saleh tidak boleh ditunda-tunda. Kalau saat ini sempat dilakukan, maka lakukanlah. Sebab hari selanjutnya persoalan ghaib. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Kita tidak akan tahu apakah masih sempat melakukan amal salih atau tidak.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan, “Bila engkau berada di sore hari maka jangan menunggu datangnya pagi, dan bila engkau di pagi hari maka jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu dan waktu hidupmu sebelum matimu. (HR Bukhari). Artinya, kalau kita sempat beramal di pagi hari jangan ditunda sampai sore, dan sebaliknya. Wallahu a’lam bish ashawwab.

 

(sumber:Republika edisi Rabu, 16 Maret 2016 Hal. 12 Oleh: H Karman)

Post a Comment

 
Top