"Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar." (QS al-Israa [17]: 9).

Dalam kesenyapan di ujung fajar, telinga kita sangat galib mendengar sahut-menyahut suara Kalam Suci dibacakan dari pengeras suara surau dan masjid. Indah dan menyejukkan. Dan memang begitulah seharusnya, ketika kita ingin dipersahabatkan dengan Alquran, sering-seringlah membacanya.

Bersahabat dengan Alquran berarti selalu berinteraksi dengan firman-firman-Nya yang suci itu. Dan para ulama sudah memberi acuannya. Di antaranya adalah tilawah (membaca), tadabur (memahami), hifzh (menghafalkan), tanfiidzh (mengamalkan), ta'liim (mengajarkan) dan tahkiim (menjadikannya sebagai pedoman dan rujukan hukum).

Rasulullah SAW bersabda, "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Alquran dan yang mengajarkannya." Orang yang mempelajari Alquran adalah orang yang masuk pada tahapan awal dari interaksi terhadap Alquran, dan orang yang mengajarkannya adalah orang yang sudah sampai pada tahapan akhir dari interaksinya terhadap Alquran.

Namun, secara umum, orang-orang yang bersahabat dengan Alquran tidak pernah melepaskan dua keadaan sebagai jabaran dari harapan lahirnya generasi rabani. Yaitu, orang yang senantiasa mengajarkan Alquran dan pada saat yang sama juga sedang belajar Alquran (QS Ali Imran [3]: 79).

Untuk menjalin persahabatan yang indah dengan Alquran, pintu pertama untuk memulainya adalah dengan membaca atau tilawah Alquran. "Orang-orang yang telah kami berikan al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS al-Baqarah: 121).

Kalangan salafus sholih sangat serius dalam masalah tilawah. Utsman bin 'Affan mengkhatamkan Alquran setiap hari di bulan Ramadhan. Abdullah bin Amru bin Al-Ash ketika diperintahkan untuk mengkhatamkan Alquran dalam sebulan, beliau masih menawar karena masih mampu untuk lebih cepat dari itu. Setelah terjadi tawar-menawar, Rasulullah SAW membolehkan mengkhatamkan Alquran setiap tiga hari.

Sementara, Imam As-Syafi'i mengkhatamkan Alquran 60 kali di waktu shalat pada bulan Ramadhan. Sebagian ada yang setiap pekan khatam, dan ada yang sepuluh hari khatam. Demikianlah tilawah shalafu sholih.

Orang-orang beriman pasti akan menjadikan Alquran sebagai buku bacaan hariannya dan tidak pernah bosan, apalagi merasa kenyang dengan Alquran. Sebagaimana diungkapkan oleh Utsman bin 'Affan RA, "Kalau hati kita bersih, kita tidak akan pernah kenyang dengan Alquran." Dengan bertilawah Alquran, jawabannya satu, pasti akan mendapatkan banyak kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda, "Alquran ini adalah hidangan Allah, maka terimalah hidangan itu sekuat kemampuan kalian. Alquran ini adalah tali Allah, cahaya yang terang, obat yang bermanfaat, terpeliharalah orang yang berpegang teguh dengannya dan keselamatan bagi yang mengikutinya. Jika akan menyimpang maka diluruskan, tidak terputus keajaibannya, tidak lapuk karena banyak diulang. Bacalah karena Allah akan memberikan pahala bacaan kalian dari setiap hurufnya sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." (HR Al-Hakim).

 

(sumber:Republika edisi Jumat, 27 Februari 2016 Hal. 12 Oleh Muhammad Arifin Ilham)

Post a Comment

 
Top