Ada dua penyakit yang senantiasa menyerang manusia, yaitu penyakit fisik (jasmani) dan penyakit psikologis (jiwa). Kedua penyakit ini sama-sama berbahaya jika dibiarkan bersemayam di tubuh dan jiwa.

Di antara penyakit fisik yang sangat berbahaya adalah kanker. Penyakit jenis ini dapat memakan sel-sel sehat pada tubuh sehingga dapat menyebabkan kematian bagi manusia. Pada jiwa pun terdapat penyakit berbahaya seperti kanker, yaitu dengki (hasad). Jika kanker memakan sel-sel sehat, dengki dapat memakan berbagai kebaikan yang berada dalam diri kita. Jika dibiarkan hidup dan tumbuh dalam diri, penyakit ini akan menyebabkan kematian pada hati.

Dengki (hasad) berarti tidak senang melihat orang lain mendapat nikmat dan berharap nikmat itu hilang dari orang tersebut. Menurut Alquran, tidak senang jika orang lain mendapat kebaikan merupakan salah satu sifat buruk orang kafir. Hal tersebut dijelaskan oleh firman-Nya, "Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan." (QS Ali Imran: 120).

Jika sifat dengki dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam diri, ia akan memakan dan menggerus semua kebaikan yang kita perbuat. Hal tersebut dijelaskan oleh Nabi SAW, "Jauhilah oleh kamu (sifat) dengki, sebab (sifat) dengki itu akan memakan berbagai kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).

Sebanyak apa pun kebaikan yang diperbuat, tidak akan bermakna jika bersamaan dengan itu kita masih memelihara sifat dengki. Bahkan, kebaikan tersebut akan berubah menjadi keburukan. Jika pada jiwa kita yang tertinggal adalah keburukan, yang akan tampak adalah keburukan. Oleh karena itu, orang dengki tidak pernah melihat kebaikan pada diri orang yang didengkinya. Semua akan terlihat buruk. Ketika orang yang didengkinya tersenyum, dia maknai sebagai "sedang mengejek", sebaliknya jika cemberut, dimaknainya sebagai "memusuhi".

Jadi, bagi pendengki, semua yang ada pada orang lain terlihat buruk. Tentu saja keadaan demikian tidak akan merugikan orang lain, tapi sebaliknya akan merugikan dirinya sendiri. Seorang Arab Badui pernah bersenandung, "Aku tidak melihat orang zalim yang menyerupai orang yang terzalimi karena perbuatan dengkinya, sesungguhnya ketika dia melihat kamu mendapat nikmat, namun menjadi kutukan (siksaan) bagi dirinya."

Dampak buruk sifat dengki tidak hanya akan dirasakan oleh diri sendiri tapi juga oleh masyarakat. Dalam berinteraksi sosial terkadang kita terjebak pada konflik dengan orang lain. Sebabnya bisa beragam, mulai karena bercanda, salah paham, sampai karena ketidaktahuan. Semua konflik tersebut akan mudah diselesaikan, kecuali konflik atau permusuhannya dikarenakan kedengkian.

Sahabat Muawiyah pernah berkata, "Semua permusuhan bisa diharapkan dapat diselesaikan, kecuali permusuhan yang disebabkan oleh kedengkian." Melihat begitu bahayanya sifat dengki bagi diri kita, menghindarinya merupakan keharusan. Salah satu cara menghindarinya adalah dengan memahami hakikat dengki. Perbuatan dengki tidak akan merugikan orang yang didengki, tapi malah akan merugikan diri sendiri. Wallahu a'lam.

 

(sumber:Republika edisi Kamis, 25 Februari 2016 Hal. 12 Oleh H Karman)

Post a Comment

 
Top