Tafakur intinya memikirkan secara mendalam tanda-tanda kekuasaan Allah. Tanda-tanda kekuasaan Allah di bumi, langit, dan diantara keduanya. Rasulullah SAW bersabda, "Tafakur satu jam lebih baik ketimbang ibadah 60 tahun lamanya." (Antara lain termaktub dalam kitab Nashaih al-Ibadkarya an-Nawawi al-Bantani).

Ali bin Abi Thalib RA berkata, "Tidak ada ibadah yang semisal dengan tafakur." Ahli ma'rifat berkata, "Tafakur itu ibarat lampion bagi hati. Jika ia sirna, sirna pula penerang baginya."

Al-Hifni berkata, "Tafakur mengenai ciptaan Allah seperti mengerikannya detik-detik sakarat al-maut, beratnya siksa di alam kubur/barzah, dan mencekamnya suasana pada hari kiamat jauh lebih baik dari ibadah lantaran di dalamnya terkandung banyak kebaikan."

Metode tafakur itu terbilang banyak. Tetapi, yang paling baik adalah tafakur tentang ayat-ayat Allah. Dengan pengertian, memikirkan secara mendalam keajaiban-keajaiban ciptaan Allah di bumi, langit, dan di antara keduanya. Banyak kalam Allah yang menyeru kita untuk memikirkan secara mendalam ciptaan-Nya.

Allah SWT berfirman, "Maka, apakah mereka tidak memerhatikan unta, bagaimana ia diciptakan? Dan langit, bagai mana ia ditinggikan? Dan gunung, bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi, bagaimana ia dihamparkan?" (QS al-Ghasiyah [88]: 17?20).

Allah juga menyeru kita untuk memikirkan secara mendalam tentang diri kita sendiri. Sang Khalik berfirman, "Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada diri kalian. Maka, apakah kalian tidak memerhatikan?" (QS adz-Dzariyat [51]: 20?21). Maka, perhatikanlah sesering mungkin organ tubuh kita seluruhnya dengan fungsinya masing-masing.

Berikutnya, jangan lupa memikirkan secara mendalam alangkah banyaknya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Allah memerintahkan kepada kita untuk mensyukuri nikmat-nikmat-Nya itu. Allah berfirman, "Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian maka dari Allahlah (datangnya)." (QS an-Nahl [16]: 53).

Tafakur dengan benar tinggi harganya. Lantaran dengannya akan menghasilkan beragam buah. Di antaranya, menumbuhkan benih-benih ketauhidan dan memperkokoh keyakinan kepada Allah. Buah dari keyakinan kepada Allah akan memunculkan hati yang tenang karena Dia pasti akan mewujudkan janji-janji-Nya.

Buah dari keyakinan kepada Allah akan melahirkan perasaan cinta kepada-Nya karena Dia pasti akan mencintai orang-orang yang mencintai-Nya.Buah dari keyakinan kepada Allah akan memunculkan perasaan takut kepada-Nya karena Dia pasti akan menjatuhkan sanksi kepada orang-orang yang durhaka kepada-Nya dengan seadil-adilnya.

Buah dari keyakinan kepada Allah akan memunculkan perasaan malu kepada-Nya karena Dia pasti akan mengamati gerak-gerik orang-orang yang taat dan orang-orang yang maksiat kepada-Nya secara saksama. Wallahu `alam.

 

(sumber:Republika edisi Sabtu, 26 Maret 2016 Hal. 12 Oleh Mahmud Yunus)

Post a Comment

 
Top