Lebih dari 1.400 tahun yang lalu, terjadi peristiwa besar yang dialami Nabi Muhammad SAW. Peristiwa itu adalah perjalanan panjang yang terjadi dalam satu malam, dimulai dari Masjidil Haram di Makkah menuju Mas jidil Aqsa di Palestina, lalu terbang ke Sidratul Muntaha.

Pada saat itu, perjalanan ini dianggap mustahil dan tidak masuk akal. Mana mungkin dalam satu malam melakukan perjalanan sejauh itu? Hal ini membuat sebagian manusia menolak kebenaran cerita tersebut dan menganggap Rasulullah seorang yang berkhayal atau mungkin gila.

Kendati demikian, para sahabat Nabi yang kokoh imannya, memercayai perjalanan yang menakjubkan tersebut adalah sebuah kebenaran, bahkan Abu Bakar langsung membenarkan cerita tersebut tanpa menuntut kelogisannya.

Pembenaran ini semata-mata didasarkan pada rasa percaya akan apa pun yang dikatakan Muhammad karena beliau tidak pernah berdusta dan tidak mungkin melakukannya.  Allah SWT juga membenarkan peristiwa Isra ini dalam Alquran surah al-Isra' [17]: 1 yang artinya, "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

Pada zaman modern ini, melakukan perjalanan jauh dalam semalam sangatlah mungkin. Hanya orang bodoh dan terbelakang yang tidak memercayainya. Perkembangan teknologi melahirkan berbagai peralatan canggih yang memungkinkan manusia menembus jarak dalam waktu singkat.

Peralatan modern sekarang ini adalah produk teknologi manusia yang akan terus berkembang. Sesuatu yang seolah tidak mungkin pada masa lalu menjadi mungkin pada saat sekarang dan apa yang seolah tidak mungkin pada waktu sekarang, akan terjadi pada masa yang akan datang.

Peristiwa penting yang diabadikan dalam Alquran itu disebut Isra dan dilanjutkan dengan Mi'raj. Sebuah perjalanan spiritual Nabi SAW dengan berbagai kisah di dalamnya. Salah satu di antaranya, kisah pembelajaran.

Yaitu, pada saat beliau diperlihatkan gambaran akibat dari apa yang dilakukan manusia di muka bumi. Ada orang yang memotong lidahnya kemudian lidah itu tumbuh lagi, lalu dipotong lagi dan seterusnya. Malaikat Jibril menjelaskan, "Itulah manusia yang tidak menjaga lisannya dari ucapan-ucapan buruk saat di dunia."

Dalam Mi'raj, Rasulullah juga terdapat pelajaran cinta. Ketika Malaikat Jibril menyampaikan perintah shalat pada malam itu, Muhammad tidak langsung menerimanya. Beliau memikirkan kesanggupan umat atas banyaknya rakaat shalat yang diwajibkan pada mereka.

Karena cinta pada umatnya serta hasil konsultasi dengan Nabi sebelumnya, beliau terus menawar perintah itu sampai ujungnya, lima kali dengan 17 rakaat dalam satu hari satu malam.

Jadilah peristiwa pada malam itu sebuah media tersampaikannya perintah shalat wajib bagi Muslimin. Sekarang ini kita sedang menikmati Rajab, salah satu bulan yang diharamkan, bulan yang mulia.

 

(sumber:Republika edisi Senin, 18 April 2016 Hal. 1 Oleh Saifullah Al Ali)

Post a Comment

 
Top