"Barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah, kemudian duduk berdzikir memuji Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala haji dan umrah. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa salam menegaskan: Sempurna..sempurna..sempurna". (HR. Tirmidzi 586, al-Bazzar 9314, dan dihasankan al-Albani).

Setiap muslim pasti terobsesi untuk dapat beribadah haji ke tanah suci. Baik sendiri, bersama istri maupun keluarga tercinta. Namun, tidak semua dikabulkan oleh Allah untuk menjadi tamu-Nya. Masih ingatkah kita beberapa waktu lalu ketika ada 177 orang WNI tertangkap di Filipina karena paspor palsu yang mereka bawa? Mereka berencana berangkat ke tanah suci secara tergesa-gesa dan tidak mengindahkan 'kuota' yang berlaku di Indonesia. Namun, akhirnya mereka tertangkap.

Ibadah haji, adalah salah satu ibadah yang membutuhkan modal paling besar. Jiwa, raga, harta, dan memakan banyak waktu. Sehingga jumlah kaum muslimin yang mampu melaksanakannya, jauh lebih sedikit dibandingkan amal ibadah lainnya. Bagi yang belum ditakdirkan untuk berangkat ke tanah Suci, tidak terlalu berkecil hati. Sebab, ternyata masih ada peluang besar mendapatkan pahala haji. Tentu tanpa menafikan kewajiban haji, karena itu termasuk bagian rukun Islam yang lima. Dalam beberapa hadist, Rasulullah SAW menyebutkan beberapa amalan yang akan diganjar senilai pahala haji. Apa saja amalan itu?

Pertama, Shalat Berjama'ah di Masjid.

Hal ini berdasarkan riwayat Abu Umamah Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi saw, beliau bersabda: "Barangsiapa bersuci dari rumahnya, kemudian menuju masjid untuk menunaikan shalat fardhu, maka pahalanya seperti pahala seorang haji dalam keadaan ihram. Dan barangsiapa melaksanakan shalat dhuha, maka pahalanya seperti pahala orang yang menunaikan ibadah umrah".

Shalat berjama'ah memiliki keutamaan yang sangat besar. Salah satunya berpahala senilai dengan haji dan umrah. Maka sangat disayangkan apabila seseorang lebih memilih shalat sendirian di rumahnya dan meninggalkan berjama'ah di masjid. Rasulullah saw juga mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengutamakan shalat berjama'ah. Karena shalat berjama'ah lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat munfarid atau shalat sendirian.

Kedua, Memperbanyak membaca Tasbih, Tahmid, dan Takbir.

Sekelompok orang-orang fakir miskin datang kepada Rasulullah saw dan berkata, "Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua kedudukan yang tinggi serta kebahagiaan yang abadi dengan harta mereka. Mereka shalat dan berpuasa sebagaimana yang kami lakukan. Akan tetapi mereka mempunyai harta untuk menunaikan haji; umrah dan bersedekah." Lalu Rasulullah saw bersabda, "Sukakah kalian saya ajarkan sesuatu yang dapat mengejar orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian, dan tidak ada yang lebih utama dari kalian, kecuali mereka melakukan seperti yang kalian lakukan?" Mereka menjawab, "Baiklah ya Rasulullah." Rasulullah saw lalu bersabda, "Setiap selesai shalat bacalah olehmu Tasbih (Subhanallah); Tahmid (Alhamdulillah) dan Takbir (Allahu Akbar) masing-masing sebanyak 33 kali." (H.R. Bukhari).

Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda, "Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian kesempatan untuk mendapatkan pahala sedekah? Sesungguhnya setiap tasbih bernilai sedekah, setiap tahmid bernilai sedekah, amar makruf nahi mungkar juga sedekah, dan dalam hubungan badan kalian bernilai sedekah". (H.R. Muslim).

Ketiga, Menunaikan umrah di bulan Ramadhan.

Umrah sudah kita ketahui keutamaannya. Sebagaimana amalan ada yang memiliki keistimewaan jika dilakukan pada waktu tertentu, demikian pula umrah. Umrah di bulan Ramadhan terasa sangat istimewa dari umrah di bulan lainnya yaitu senilai dengan haji bahkan seperti haji bersama Nabi saw. Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah saw pernah bertanya pada seorang wanita, "Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji  bersama kami?" Wanita itu menjawab, "Aku punya tugas memberi minum pada seekor unta di mana unta tersebut ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya-ditunggangi suami dan anaknya-. Ia meninggalkan unta tadi tanpa diberi minum, lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut. Lantas Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji." (H.R. Bukhari no. 1782 dan Muslim).

Apa yang dimaksud senilai dengan haji? Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapatkan pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi." (Syarh Shahih Muslim, 9:2)

Keempat, Melakukan rangkaian ibadah seusai shalat Shubuh.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah saw bersabda, "Barangsiapa yang shalat shubuh berjama'ah, kemudian duduk berdzikir memuji Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapatkan pahala haji dan umrah. Lalu Nabi saw menegaskan: Sempurna..sempurna..sempurna. (H.R. Tirmidzi, al-Bazzar, dan dihasankan al-Albani).

Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syingithi memberikan penjelasan hadist ini, bahwa keutamaan amalan ini hanya dapat diraih jika terpenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:

Pertama, Shalat subuh secara berjama'ah. Sehingga tidak tercakup di dalamnya orang yang shalat sendirian. Dzahir kalimat jama'ah di hadist ini, mencakup jama'ah di perjalanan, atau di rumah bagi yang tidak wajib jama'ah di masjid karena udzur.

Kedua, duduk berdzikir. Jika duduk tertidur, atau ngantuk maka tidak mendapatkan fadhilah ini. Termasuk berdzikir adalah membaca Al-Qur'an, beristighfar, membaca buku-buku agama, memberikan nasehat, diskusi masalah agama, atau amar ma'ruf nahi mungkar.

Ketiga, duduk di tempat shalatnya sampai terbit matahari. Tidak boleh pindah dari tempat shalatnya. Sehingga, jika dia pindah untuk mengambil mushaf Al-Qur'an atau untuk kepentingan lainnya maka tidak mendapatkan keutamaan ini. Karena keutamaan (untuk amalan ini) sangat besar, pahala haji dan umrah sempurna..sempurna. Sedangkan maksud (duduk di tempat shalatnya disini) adalah dalam rangka Ar-Ribath (menjaga ikatan satu amal dengan amal yang lain), dan Nabi saw bersabda: "Kemudian duduk di tempat shalatnya." Kalimat ini  menunjukkan bahwa dia tidak boleh meninggalkan tempat shalatnya.

Kelima, Mengikuti Majlis Ilmu di Masjid.

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang berangkat ke masjid di pagi hari, tidak memiliki tujuan apapun selain untuk belajar agama atau mengajarkannya, maka dia mendapatkan pahala orang yang melakukan umrah sempurna umrahnya. Dan siapa yang berangkat ke masjid sore hari, tidak memiliki tujuan apapun selain untuk belajar agama atau mengajarkannya, maka dia mendapatkan pahala orang yang berhaji sempurna hajinya". (H.R. Hakim dan dinilai oleh ad-Dzahabi: Sesai syarat Bukhari).

Belajar yang dimaksudkan disini adalah mempelajari ilmu dan segala kebaikan keislaman, seperti mengkaji tafsir, fiqh, sirah hingga tadarus Al-Qur'an. Setelah mempelajarinya tentu kita mengajarkannya kepada orang lain. Sehingga ilmu dan kebaikan itu akan terus mengalir dan tidak terputus.

Itulah beberapa amalan yang memiliki keutamaan, mendapatkan pahala haji dan umrah. Semoga kesungguhan kita mengamalkan amalan tersebut menjadi pembuka jalan ke tanah suci untuk dapat menunaikan ibadah haji yang hakiki. Wallahu a'lam bishawwab.

 

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.37 Thn.XLIII, 7 Dhulhijjah 1437 H/ 9 September 2016 M Oleh Muttaqin Salam)

Post a Comment

 
Top