"Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi". (Q.S. AL A'raf : 23)

Walaupun tidak banyak, tetapi masih saja bisa ditemukan orang Islam yang merasa tidak berdosa, sehingga ia merasa aman dari cobaan, ujian maupun siksa dari Allah Ta'alaa. Ada orang yang merasa bahwa ia telah banyak melakukan sesuatu seperti anjuran kebaikan, telah mengikuti semua perintah, dan pula telah meninggalkan semua larangan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga semua itu ia merasa aman dari segala bentuk ujian dan cobaan.

Qadarulah, suatu saat ia tertimpa musibah penyakit, sehingga terlontarlah ucapan dari mulutnya "Ya Allah apa Salah dan dosaku?" Dengan amalan amalan nya yang begitu banyak dan dengan usahanya yang kuat untuk meninggalkan maksiat, ia tidak percaya masih bisa tertimpa musibah (penyakit). Orang ini lupa dengan hadist Nabi yang bersabda : "Setiap anak Adam pasti (sering melakukan dosa dan kesalahan, dan sebaik-baik yang berdosa adalah yang (rajin) bertaubat" (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Jadi hadist tersebut di atas mengatakan bahwa semaua anak Adam (manusia) tidak terlepas dari kesalahan dan dari dosa, bahkan para Nabi sekalipun tidak terlepas dari kesalahan dan dosa. Hanya nabi Muhammad seorang saja yang dikecualikan oleh Allah dari kesalahan dan dosa, ia Ma'shum. Jadi jika para nabi saja yang imannya begitu tinggi bisa berdosa, maka apalagi manusia biasa.

Tentulah manusia lebih berpotensi untuk bersalah dan melakukan dosa, karena manusia pada dasarnya mudah terpedaya. Sifat mudah terpedaya manusialah yang membuat ia tergelincir melakukan kesalahan dan dosa-dosa. Sifat manusia yang seperti itu, diutarakan oleh Allah dalam firman-Nya, "Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pengasih". (Q.S. Al Infithar : 6).

Biasanya yang kerap membuat seseorang itu terperdaya adalah kenikmatan dunia seperti anak, harta, wanita dan jabatan. Keempat kenikmatan tersebut yang membuat manusia lalai dan kelalaian itulah yang menjerumuskan mereka untuk melakukan kesalahan dan dosa.

Karena terbuai dengan kenikmatan dunia, membuat kebanyakan orang tidak sadar bahwa ia telah dekat kepada hari pembalasan. Allah Ta'ala berfir'man: "Telah dekat kepada manusia hari menghisap segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)". (Q.S. Al Anbiya : 1).

Kemudian manusia sebenarnya secara tidak sengaja telah melakukan satu dosa dan dosa dilakukannya terus secara berulang-ulang tanpa sadar. Di dalam Islam seseorang itu bisa saja dianggap telah berdusta, walaupun dia secara langsung tidak melakukan dusta.  Nabi bersabda: "Cukuplah seseorang (dianggap) berdusta, jika dia memberitahukan segala sesuatu yang ia dengar." (H.R. Muslim)

Seseorang banyak sekali mendengar dan melihat segala sesuatu dari segala sumber seperti TV, radio, diskusi, di sekolah, di pasar, di warung kopi, di mall, apabila ia memberitahukan semua yang ia dengar maka ia sudah dianggap sebagai seorang pendusta. Padahal ia tidak langsung berdusta, dosa seperti inilah yang terkadang orang lupa mengontrolnya, sehingga terjadi berulang-ulang, akibatnya berulang pula berdosa. Kemudian Allah Ta'alaa juga mengingatkan kita dalam firman-Nya : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)". (Q.S. Asy Syuraa : 30)

Jadi kalau kita mendapat musibah maka sebaiknya kita tidak usah mencari penyebab dari musibah itu, itu pasti sebagai hasil dari perbuatan sendiri pada masa lalu. Kemudian Allah memberi tahu pula bahwa sebagian besar dari dosa itu telah diberi ampun oleh Allah. Dia mempunyai sifat Maha Pengampun dan Pemaaf, karena sifat-Nya itulah Dia telah memberi ampun kepadamu. Jika bukan karena ampunan Allah yang besar itu bisa saja seseorang akan mendapatkan musibah yang dideritanya sekarang. Seseorang yang telah mendapatkan ampunan dari Allah, berarti dia telah mendapat karunia Allah. Allah Ta'alaa berfirman : "Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu". (Q.S. An Nur :14)

Para Nabi yang Tergelincir dalam Kesalahan.

Sebagaimana yang telah diterangkan sebelumnya bahwa yang tergelincir melakukan kesalahan itu bukan hanya bisa menimpa manusia biasa saja, tetapi juga bisa menimpa kepada beberapa Nabi. Yang membedakan antara nabi dengan manusia biasa pada saat tertimpa imusibah adalah pada respon mereka pada musibah tersebut. Jika terjadi pada manusia biasa maka mereka mencari penyebabnya dari luar diri mereka sendiri, tetapi jika hal itu terjadi pada Nabi, maka mereka lebih menyalahkan diri mereka sendiiri daripada menyalahkan orang lain.

Kisah Nabi Adam as

Karena kesalahannya mendekati buah terlarang di surga, maka Nabi Adam as dan istrinya Hawa di perintahkan oleh Allah untuk turun ke bumi. Nabi Adam as menyadari kekeliruannya itu, sehingga setibanya di bumi dia terus menerus berdoa dengan doa sebagai berikut: "Keduanya berkata: "Ya Tuhan Kami, Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami termasuk orang-orang yang merugi". (Q.S. Al A'raf : 23)

Kisah Nabi Yunus as

Nabi Yunus as adalah salah seorang nabi yang mengalami kesulitan dalam meyakinkan umatnya untuk beriman kepada Allah, sehingga dia kesal. Karena kesalnya nabi Yunus as meninggalkan umatnya, tanpa terlebih dahulu menunggu petunjuk dari Allah, karena kekeliruannya itu maka dia ditakdirkan ditelan oleh ikan besar. Kemudian dia pun berdoa, dan doanya itu diabadikan dalam Al Qur'an : "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (Q.S. Al Anbiya :87)

Jika sangat jelas disebutkan bahwa nabi Adam as dan istrinya serta nabi Yunus as pada saat mereka bersalah mereka tidak bertanya kepada Allah, "Ya Allah apa salah dan Dosaku?"  tetapi mereka langsung intropeksi diri. Setelah intropeksi mereka serempak menyatakan bahwa kami-lah yang telah mendzalimi diri sendiri dan pantas untuk mendapatkan hukuman. Setelah menyatakan bahwa merekalah yang telah mendzalimi diri mereka sendiri, mereka langsung bertaubat dan berdoa seperti doa tersebut di atas.

Segera Bertaubat

Jika seseorang melakukan suatu kesalahan baik sengaja maupun tidak, besar maupun kecil, maka bersegeralah bertaubat kepada Allah, jangan ditunga. Karena nabi Muhammad saw sendiri sedikitnya beristighfar dan bertaubat kepada Allah sedikitnya 100 kali dalam sehari. Ingatlah bahwa Allah itu Maha Pemaaf dan Maha Pengampun.

Oleh sebab itu hendaklah setiap seseorang setelah berbuat fasik dan mendzalimi diri sendiri segera bertaubat kepada Allah adalah salah satu ciri-ciri orang yang bertaqwa. Kemudian jangan merasa  aman dengan ibadah yang telah dilakukan, hendaknya dalam diri seseorang itu terkumpul rasa berharap dan rasa cemas, berharap bahwa ibadahnya bisa diterima di sisi Allah, tetapi juga jangan merasa terlampau yakin bahwa ibadahnya akan diterima oleh Allah, sehingga lalai untuk intropeksi diri (muhasabah). Wallahu A'lam

 

Sofyan Helmi Tanjung

Post a Comment

 
Top