"Dan bagi tiap-tiap umat ada kitabnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". (Q.S. Al Baqarah : 148)

Betapa gembira dan cekatannya Ummu Ayyub al-Anshariyah ..., istri Abu Ayyub al-Anshari, ketika rumahnya terpilih menjadi rumah pertama yang Nabi singgahi sewaktu hijrah kubra. Menyisihkan rumah-rumah lain. Menjamu Nabi dan ketempatan rumah, impian pertama Sahabat Anshar ketika itu. Sejarah hijrah baru dimulai. Babak baru Peradaban Madaniyah mau disemai. Rumah ini menjadi posko pengislaman, posko penjamuan sekaligus penampungan keluarga Nabi dan sahabat Muhajirin yang tidak tertampung di perkampungan lain.

Ummu Ayyub adalah puteri Qais bin Sa'ad dari suku Khazraj. Ummu Ayyub mengajak wanita lain untuk menyediakan jamuan "ikramu ad-dhuyuf: memuliakan tamu". Tradisi suci bangsa Arab yang tetap terpelihara, dan tidak tergerus oleh efek Jahiliyah. Namun Muhammad Rasulullah, tidak seperti umumnya tamu lain. Nabi terhalang untuk menyantap sembarang makanan sebelum jelas: ini zakat atau sedekah. "Kuluhu fa'inniy lastu ka ahadikum: makanlah, karena aku tidak seperti umumnya orang kebanyakan." (H.R. Tirmidzi /1478).

Ketika sampai di perkampungan Dar Bani Salim, 'Itban bin Malik dan 'Abbas bin 'Ubadah bin Nadhlah ... menawarkan "Tinggallah bersama kami barang beberapa hari atau sekehendakmu." Nabi menjawab: "Biarkan kuda-ku mencari jalannya, karena ia kendaraan yang diperintah." Tiba di perkampungan Bani Bayadhah, Ziyad bin Labid dan Farwah bin 'Amru, tokoh Bani Bayadhah menawarkan hal yang sama.

Imam Ibnu Katsir dalam as-Sirah an-Nabawiyah memaparkan: "Tidak satu pun rumah dari penduduk Anshar saat itu, melainkan menawarkan untuk ditempati Nabi. Tiba di depan rumah Abu Ayyub kendaraan Nabi berhenti. Nabi tinggal di sini sampai Masjid Nabawi dan rumah tinggal Nabi selesai di bangun."

Allah ... berfirman: "Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih." (Q.S. At Taubah : 108)

Tujuh bulan lamanya Nabi menjadikan rumah Abu Ayyub sebagai tempat singgah hingga Masjid Nabawi dan rumah ummul mu'minin sudah selesai dibangun. Keluarga Abu Ayyub al-Anshari punya jasa besar terhadap perjuangan Islam di awal-awal hijrah. Ia wafat tahun 52 H di Konstantinopel di zaman Khalifah Muawiyah. Berlomba adalah tema besar Al-Qur'an. Berlomba dengan makna,

Pertama, bersegera (1) wasari'uw (Q.S. Ali Imran: 133), wa yusari'una fil khairat (Q.S. Ali Imran : 114). Kedua, adu cepat (2) Sabiqu (Q.S. Al Hadid : 21), fastabiqul-khairat (Q.S. Al Baqarah : 148). Ketiga, sungguh-sungguh berdaya upaya, (3) wa jahadu (Q.S. Al Hujurat : 15) atau wa jahidu (Q.S. Al Hajj : 78).

Di dalam hadits ada ungkapan badiruw bil a'mali as-shalihat, bersegeralah beramal shalih kaitannya dengan usia dan perubahan zaman (Sunan Tirmidzi, 2903), menghadapi fitnah zaman (Shahih Muslim, 118), datangnya dajjal dan tanda Kiamat Kubra (Shahih Muslim, 2947).

Apa yang menarik di balik perintah berlomba ? (1) Ajakan pada orang banyak untuk ikut terlibat. (2) Berlomba berarti menggiring orang banyak pada satu ide besar, pada opini cerdas (3)Berlomba bertujuan untuk mencari bibit unggul, benih baru untuk disemai menjadi tunas muda (4) Lomba berarti reproduksi generasi, proses kesinambungan; untuk meneruskan, menggembangkan bahkan mengganti yang usang, lepas atau sudah mulai rusak. (5) Berlomba, upaya untuk mencegah terjadinya kepunahan dan putusnya kebaikan, lost generation.

Para ahli menyarankan agar kaum muslimin senantiasa didorang untuk memiliki mental pemenang, menjadi yang terdepan dalam ilmu, iman dan amal. Menjadi kompetitor dalam kebaikan dan ketaqwaan. Menjadi pionir dan perintis jalan. Jadi "man sanna sunnatan hasanatan." Supaya virus kebaikan merata dan menjadi pilihan gaya hidup "hayatan thayyibah" : hidup yang bermakna.

Mengapa perlu berlomba? Berlomba adalah perintah agama dengan sekian banyak rahasia di belakangnya: keseriusan, ketulusan, keunggulan dan kualitas iman. Ada cinta, rahmat dan karunia Allah ... sebagai kompensasinya. Berlomba dalam amal shalih, bagian dari doa-doa Nabi. Derajat tertinggi dan kamar termewah di surga -dalam hadits Ibnu Abbas ...- miliknya para pelaku amal yang Allah ... banggakan pada Malaikat-Nya, "hal tadri fima yakhtashimu al-mala'ul-a'la. Man sabaqa fiddun'ya ilal-khairat fahussabiq fil-akhirati ilal-jannat: di dunia berlomba mendapat kebaikan, di akirat menjadi orang pertama mendapatkan surga, tulis Syaikh Sa'di rahimahullah dalam Tafsir Kalam Mannan.

Berlomba dalam amal shalih, strategi Al-Qur'an dalam tarbiyah jihadiyah. Untuk tujuan mujahadah (optimalisasi), melalui jahdun (kerja keras) dan juhdun (usaha). Dekatnya rahmat Allah ... bergantung pada ukuran mujahadah : sejengkal, sehasta, sedepa, berjalan atau lari. Sedang Al-Qur'an menyuruh kita lari mengejar rahmat dan karunia Allah ... . Bahkan hingga batas adu nafas "wa fi dzalika falyatanafasil-mutanafisun, (Q.S. Al-Muthaffifin : 26). Berlomba skenario untuk memancing yang lain. Manusia anak tradisi, makhluk modifikatif: suka menyalin, mencontoh, menjiplak kemudian menyulapnya menjadi kreativitas. Orang banyak butuh contoh permulaan.

Menariknya, setiap amal punya fadhilahnya tersendiri. Sayang jika dilewatkan. Butuh tahun depan untuk bertemu kembali dengan amal tersebut, jika masih ada kesempatan. Berlomba dalam amal shalih pembuka pintu-pintu kebaikan. Dari pintu mujahadah, jalan yang tadinya tertutup menjadi terbuka "walladzina jahaduw fina lanahdiyannahum subulana, " (Q.S. Al-Ankabut : 69)

Jika tidak berlomba, sang juara tak mungkin ada. Lazzatul 'ibadah tak akan terasa. Manisnya iman tak akan tercicipi. Lapangan amal shalih yang begitu luas, tak bisa diraih. Pintu surga dengan kamar-kamarnya sebagai tempat kesudahan amal shalih, sulit didapat. Pintu surga yang delapan; taubat, sholat, sedekah, zakat, rayyan, umrah dan haji, jihad, silaturrahmin, tak bisa nikmati. Dan Abu Bakar Shiddiq satu di antara pemilik semua pintu surga Targetnya menjadi as-sabiqunas-sabiqun atau al-muqarrabun. (Q.S. Al-Waqiah: 10-11).

Kemuliaan, martabat tertinggi, seleksi, keunggulan  adalah visi global perintah berfastabiqul-khairat. Dan mari kita menjadi pemenangnya, seperti Ukasyah bin Mihshan yang Nabi ... doakan masuk dalam daftar 70.000 penghuni surga tanpa hisab.

Dalam hadits Abu Hurairah disebutkan, bahwa amal-amal fi'lal-khairat (sholat, sedekah, ihsan, silaturahim) di kuburan nanti menjadi teman di sisi kaki mayat.

Kenapa harus berlomba-lomba? "Fal-umru qashir wal-'ajalu qarib: Umur itu pendek dan ajal itu dekat." Umur umatku -sabda Nabi- kebanyakannya antara Ashar dan Maghrib. Tidak jauh dari angka 60-70'an dan jarang di atas kisaran angka ini. Umur ummat akhir zaman semakin Allah pendekkan dengan "mawtul faj'ah: mati mendadak untuk menyelamatkannya dari fitnah dajjal. Jika Engkau mau kenakan fitnah atas suatu kaum, maka wafatkanlah aku terbebas dari fitnah itu." (Sunan Tirmidzi /3235).

Syaikh Muhammad Mutawalli Sya'rawi berkata, "Dengan perlombaan ini Allah ... bertujuan untuk menempatkan manusia menjadi makhluk pilihan: unik, punya kualitas lain dari yang lain. Bertaburkan kebaikan, kemuliaan dan kemanfaatan. Karena inti iman ada di sini. Itu di dunia. Supaya di akhirat kelak, orang mu'min pelaku multi amal shalih bisa berbagi syafaat kepada keluarga, kerabat, teman dekat yang dicintainya. Sehingga hisabnya dipermudah, tidak jadi masuk neraka atau tercegah dari mu'min yang bangkrut.

Ujung dari perlombaan ini adalah anugerah terbesar (1) ula'ikal-muqarrabun: paling dekat surganya dengan surga para Nabi (Q.S. Al-Waqi'ah: 11), (2) Ash'habul-Yamin: orang yang menerima catatan amal dengan tangan kanannya (Q.S. Al-Waqi'ah : 8) atau masuk dari sebelah kanan pintu surga yang suasananya seperti malam bulan purnama. Wallahu A'lam.

Abu Taw Jieh Rabbanie)



Post a Comment

 
Top