Dari Aisyah radhiyallahu 'anha , "beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Amalan yang paling aku dicintai oleh Allah `azza wa jalla adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit." Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (H.R. Muslim)

Tanpa terasa sudah sebulan lebih Ramadhan meninggalkan kita. Sebagian ibadah pada bulan Ramadhan adalah ibadah khusus yang tak didapatkan pada bulan-bulan lainnya. Dan Allah `azza wa jalla berikan nilai imbalan yang tidak tanggung besarnya kepada mereka yang mampu melaksanakannya. Sungguh betapa beruntungnya mereka yang mampu melaksanakan dengan sepenuh hati sambil mengharap imbalan dari Allah semata. Dan betapa ruginya mereka yang tidak tergerak hatinya memanfaatkan bulan Ramadhan untuk merebut pahala Allah `azza wa jalla. Adapun orang-orang yang tetap bersemangat bahkan mungkin semakin bersemangat beribadah kepada Allah ... adalah salah satu ciri bagi seseorang yang amalan Ramadhannya diterima Allah. Semangat ini membuat seseorang terlepas dari sindiran Allah dalam surat an-Nahl ayat 92, "Dan janganlah kamu seperti orang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali ..." (Q.S. An Nahl : 92)

Allah `azza wa jalla memberikan tamsil ini dengan maksud  agar hamba-hambaNya tidak melakukan hal yang sama seperti perempuan itu. Agar tak sia-sia segala usahanya dalam memperbanyak ibadah mengisi hari-hari Ramadhan. Namun apa yang terjadi? Pada sebagian masjid fenomena membludaknya jamaah sholat sudah tak lagi terjadi. Jamaah sholat subuh mulai susut secara kuantitas. Tinggallah jamaah yang itu-itu saja. Yang lain entah kemana, menghilang tanpa kabar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan, amalan besar itu memang diperlukan, akan tetapi apalah artinya kalau dilakukan tanpa berkesinambungan? Ramadhan semangat, setelah itu loyo. Padahal Rasulullah menegaskan, "Amalan yang paling dicintai oleh Allah `azza wa jalla adalah amalan yang kontinue walaupun itu sedikit." (H.R. Muslim)

Untuk itulah agar seseorang terbebas dari sindiran Allah, ada beberapa ibadah kecil yang perlu dilakukan secara konsisten.

Pertama, merutinkan shalat berjamaah di masjid. Bagi orang-orang tertentu, melaksanakan shalat berjamaah di masjid sangat sulit dan menjadi beban. Alasan klasik adalah tak terbiasa, tak diajarkan orang tua, maka tak pula mengajarkan kepada anak. Ia lebih suka memperpanjang waktu tidurnya dan berhangat-hangat memeluk bantal daripada beringsut bangun dan mengambil air wudhu.

Ada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang ditujukan kepada seseorang laki-laki buta yang berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, "Ya Rasulullah, aku tidak mempunyai seorang penuntun yang akan membawaku ke masjid," kemudian Rasulullah memberikan rukhshoh (keringanan) padanya untuk tidak ikut menunaikan shalat jamaah, tetapi ketika orang itu hendak pergi, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggilnya, seraya bertanya, "Apakah kamu mendengar suara adzan?". Orang itu menjawab, "Ya," maka Rasulullah bersabda, "Penuhilah panggilan itu". (H.R. Muslim).

Maka dari keterangan di atas, sungguh pada tempatnya bagi seorang laki muslim untuk mengkonsistenkan melaksanakan shalat fardhu berjamaah di masjid sebagai bentuk ittiba'nya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, amalan kecil lainnya adalah menyempurnakan wudhu diikuti dengan do'a sebagaimana diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam "Barangsiapa yang berwudhu dengan sempurna kemudian setelah itu dia membaca 'Asyhadu alla ilaaha Illah wa asyhadu anna Muhammad abduhu warosuuluh', maka akan dibukakan pintu surga yang berjumlahnya delapan dan dia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia suka." (H.R. Muslim)

Pekerjaan ini ringan dan niscaya mampu dilakukan siapa saja. Allah `azza wa jalla menjanjikan akan memberi imbalan sangat besar disisiNya. Maka manfaatkanlah selagi Allah `azza wa jalla masih memberi waktu.

Ketiga, melaksanakan shalat Dhuha setiap pagi di tengah kesibukan orang mencari rezeki dengan berbagai aktivitasnya. Ini sebenarnya pekerjaan ringan bagi orang-orang yang telah biasa melaksanakannya. Maka -bagi yang belum terbiasa- mulailah dengan niat untuk melaksanakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan, "Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (Subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma'ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua ra'kaat." (H.R. Muslim).

Keempat, mengerjakan shalat sunnah fajar. Dikisahkan dari 'Aisyah ..., beliau berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah melakukan satu shalat sunnah pun yang lebih beliau jaga dalam melaksanakannya melebihi dua rakaat shalat sunnah subuh." (H.R. Bukhari 1093 dan Muslim 1191)

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan: "Ketika safar (perjalanan), Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap rutin dan teratur mengerjakan shalat sunnah fajar dan shalat sunnah witir melebihi shalat-shalat sunnah yang lainnya." (Zaadul Ma'ad I/315)

Keutamaan shalat sunnah subuh ini secara khusus juga disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Dua rakaat shalat sunnah subuh lebik baik daripada dunia dan seluruh isinya." (H.R. Muslim).

Sungguh luar biasa imbalannya bagi siapa saja yang mampu memanfaatkan waktunya untuk melaksanakan shalat sunnah ini.

Kelima, menghadiri shalat Jum'at di awal waktu. Shalat Jum'at ini selain kewajiban bagi setiap laki-laki muslim, shalat ini juga bagian dari amalan ringan namun besar pahalanya di sisi Allah `azza wa jalla . Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa mandi pada hari Jum'at sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi. Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Keenam, berdzikir setelah melaksanakan shalat fardhu. Bagi laki-laki muslim melaksanakan shalat fardhu berjamaah di masjid merupakan suatu kewajiban  karena begitu banyak keutamaannya terlebih lagi dalam subuh. Sehingga selayaknya, seseorang yang baru saja menyelsaikan shalat, ia tidak langsung beranjak dari tempat duduknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang shalat subuh berjamaah, kemudian tetap duduk di masjid sampai terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka dia mendapat pahala haji dan umrah, sempurna, sempurna." (H.R. Tirmidzi)

Ketujuh, membaca do'a ketika masuk ke pasar. Kita tahu, tempat yang Allah `azza wa jalla benci salah satunya adalah pasar karena di sanalah amal sedikit orang yang mengingat Allah `azza wa jalla. Maka sangatlah besar keutamaan yang didapat  bagi seseorang ketika akan masuk ke dalam pasar ia membaca do'a karena dengan begitu berarti dia termasuk orang yang mengingat Allah `azza wa jalla. "Barangsiapa masuk pasar lalu ia mengucapkan, Laa ilaha illahAllah wahdahu laa syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyi wa yumitu wa huwa hayyun la yamut, biyadihilkahir wa huwa 'ala kulli syai'in qadir" Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan, bagi-Nya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup, tidak akan mati. Di tangan-Nya kebaikan. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu," niscaya Allah menuliskan baginya sejuta kebaikan dan menghapuskan darinya sejuta kejelekan serta mengangkat derajatnya hingga sejuta derajat"." (H.R. At-Tirmidzi)

Berdo'a bagi seseorang yang akan memasuki pasar, niscaya terhindar dari permainan iblis laknatullah dengan segala tipu dayanya. Paling tidak inilah amalan-amalan kecil bernilai besar yang patut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya masih banyak amalan-amalan lainnya yang tidak tertuang dalam artikel singkat ini. Namun demikian, apapun bentuk amalan itu, kalaulah dikuatkan dengan dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan, hendaklah kita berupaya melaksanakan. Karena dengan cara itu kasih sayang Allah tercurah kepada siapapun yang melakukannya. Wallahu A'lam.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.29 Thn.XLV, 7 Dzulqa'dah 1439 H/ 20 Juli 2018 M Oleh Oma Rahmad Rasyid)

Post a Comment

 
Top