"Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu, dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syetan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah." (Q.S. Luqman : 33)

Allah ... telah menjadikan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi sebagai perhiasan bagi kehidupan dunia, termasuk di dalamnya adalah harta dan anak-anak. Memang Islam tidak mendorong pemeluknya untuk mengejar dan menumpuk harta, karena pada umumnya harta itu salah satu penyebab (utama) orang lalai dalam mengingat Allah ... . Tatkala seseorang memiliki harta yang berlebih, maka dorongan untuk membelanjakannya semakin kuat.

Kehidupan manusia bisa berlanjut karena ia mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik. Disamping kebutuhan, manusia pun mempunyai keinginan. Jika kebutuhan hidup manusia terbatas jumlahnya maka keinginan manusia tidak terbatas jumlahnya, dan terus bertambah sesuai dengan perkembangan zaman. "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (Q.S. At Takatsur : 1-2)

Banyak orang yang bermegah-megahan dalam harta, anak, pengikut, kemuliaan dan seumpanya telah melalaikan mereka dalam ketaatan kepada Allah ... . Mereka semua lupa bahwa dalam waktu yang dekat mereka semua akan kembali kepada sang khalik, mereka juga lalai bahwa kematian datangnya juga tiba-tiba. Pada saat itu datang mereka belum siap menghadapi kematian. Di samping harta, maka anak juga disertakan dengan harta dalam hal melalaikan manusia. Allah berfirman, "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar". (Q.S. At Tagabhun : 15)

Allah ... mengingatkan hamba-Nya, bahwa selain harta, maka anak-anak menempati urutan kedua yang bisa melalaikan manusia dari ketaatan terhadap Allah,  maka untuk itu kembali Allah mengingatkan orang yang beriman agar hati-hati terhadap harta dan anak-anak mereka.

Allah ... sengaja mengulang perintah dan peringatan-Nya kepada manusia atau kepada orang yang beriman agar mereka segera terjaga dari kelalainnya, agar kelalaian itu tidak terus berlanjut, hingga ajal menjemput.

Jika ini yang terjadi, harta tidak didorong untuk ditumuk, maka untuk anak sebaliknya, Islam mengajurkan agar setiap pasangan memiliki anak yang banyak. Karena Nabi Muhammad ... senang dengan umatnya yang banyak, sebagai mana sabda nabi berikut "Nikahilah wanita yang penuh cinta dan (mampu) memiliki banyak keturunan, karena aku membanggakan jumlah kalian diantara nabi-nabi pada hari kiamat." (H.R. Abu Daud).

Maka dari itu setiap pasangan suami istri hendaklah bercita-cita untuk memiliki keturunan yang banyak. Barang siapa yang mengikuti ini maka ia telah menghidupkan sunnah nabi, merupakan bagian dari syiar Islam, dan ada pahala yang telah disiapkan. Dan setelah itu hendaklah setiap pasangan memelihara, membimbing dan mendidik anaknya, agar anak tidak menjadi fitnah bagi kedua orang tuanya. Didiklah mereka sebagaimana kisah Luqman mendidik anak-anaknya.

Sedikitnya ada lima nasehat yang diajarkan oleh Luqman kepada anak-anaknya agar bisa di kemudian hari jadi anak yang berbakti kepada agama dan orang tuanya, dan itu adalah :

Pertama, Jangan sekali-kali syirik kepada Allah, karena mempersatukan Allah itu adalah puncak dari segala puncak dosa.
Kedua, Berbuat baik kepada kedua Ibu Bapaknya, karena ridha Allah tergantung kepada ridha kedua orang tua.
Ketiga, Jangan mengikuti kedua orang tua jika mereka mengajak kepada kesyirikan.
Keempat, Luqman menyuruh anak-anaknya mendirikan shalat, bergiat dalam kegiatan ma'ruf dan mencegah kepada yang mungkar dan bersabar terhadap segala cobaan dan
Kelima, Jangan sombong.
Yang pertama dan utama yang diajarkan Luqman kepada anak-anaknya supaya tidak menyekutukan Allah dengan apapun, dan kemudian ditutup dengan mengajarkan akhlakul karimah, tidak sombong. Rasanya sempurna ajaran itu dan untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu jangan lupa ditutup dengan doa nabi Ibrahim, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shaleh." (Q.S. As Shaffat : 100)

Apabila setiap orang tua melakukan langkah-langkah pendidikan sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Luqman, maka anak-anak itu tidak lagi menjadi hiasan atau cobaan bagi orang tua, tetapi telah berubah fungsi menjadi anak shaleh, menjadi perisai bagi orang tuanya, baik semasih di dunia maupun di akhirat kelak.

Harta Bersifat Netral
Sebagaimana benda mati lainnya, maka sebenarnya harta itu bersifat netral tidak memihak kemanapun. Bila harta berada di tangan orang yang shaleh dan berilmu maka ia akan bermanfaat bagi diri pemiliknya, bagi orang lain dan lingkungannya. Setiap rupiah yang dibelanjakan ia akan kembali kepada fungsi awalnya menjadi rahmatan lil alamin. Nabi ... bersabda : "Beruntunglah orang-orang yang menahan kelebihan bicaranya dan menginfakkan hartanya." (H.R. Baihaqi dan Al Baghawi) Jadi apabila seseorang mempunyai kelebihan harta maka ia akan menjadi orang yang beruntung jika menginfakkannya di jalan Allah. Dan juga jika disedekahkan maka bisa berfungsi sebagai obat. Mengenai harta, Said Al Musayyib berkata, "Tidak ada kebaikan bagi siapa yang tidak ingin mengumpulkan harta dari jalan yang halal. Dengan harta itu ia menlindungi wajahnya dari (rasa malu karena meminta-minta) kepada manusia, serta dengan harta dia menyambung rahimnya dan menunaikan haknya."

Kemudian Sufyan At Tsauri berkata, "Di zaman kita ini, harta adalah senjata orang beriman."

Intinya, harta adalah seperti ular, ia beracun namun juga memiliki penawar, penawarnya adalah manfaatnya, sedangkan racunnya adalah mudharatnya.

Tetapi sebaliknya apabila ia dikuasai oleh orang yang rakus dan tamak, maka ia menimbulkan kerusakan di bumi dan setiap yang dibelanjakan akan merugikan orang lain dan lingkungan. Harta akan melalaikannya dari mengingat Allah dan mengikis habis ketaatannya kepada Allah. Jika ini yang berlaku, maka orang seperti ini termasuk orang yang merugi.

Harta dan Anak adalah Aset Berharga
Harta dan anak bisa menjadi aset yang berharga bagi orang tuanya dan bagi siapa saja yang memiliki harta. Jika suatu barang atau jasa harganya ditentukan oleh pergerakan demand (permintaan) dan supply, maka harta dan anak harganya (nilainya) ditentukan oleh kemampuannya (manfaatnya) sebagai penolong, penyelamat bagi orang tua baik semasa masih di dunia begitu juga saat nanti di akhirat. Nabi ... bersabda : "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan atau doa anak yang sholeh." (H.R. Muslim)

Jika seseorang meninggal dunia maka tidak ada lagi baginya kewajiban untuk beribadah kepada Allah, sehingga mulai saat itu dia sudah tidak bisa lagi menambah pahala untuk bisa menolongnya di alam kubur. Tetapi Allah ... memberi peluang bagi siapa saja yang memiliki anak yang sholeh dan mendo'akannya, maka pahalanya tetap mengalir, begitu juga dengan harta yang disedekahkannya di jalan Allah semasa hidup pahalanya tetap mengalir. Pasa saat itu maka terasa nilai anak yang sholeh dan harta yang dibelanjakan di jalan Allah amat sangat terasa manfaatnya bagi orang tua dan pemilik harta.

Dalam realita, mungkin kerap kita saksikan, para orang tua bekerja membanting tulang tak kenal lelah demi sang anak. Mencurahkan segenap upayanya, semata demi kebahagiaan anak. Dari sini dapat kita fahami, betapa anak mampu menggelincirkan orang tua dari jalan kebenaran, melalaikan mereka dari akhirat, jika mereka tidak mendasari segala upaya tersebut untuk meraih ridha Allah.

Oleh sebab itu carilah harta dengan cara halal dan belanjakan pula dengan cara halal. Kemudian didiklah anak-anakmu sebagaimana Luqman dan nabi Ibrahim .. mendidik anaknya, maka harta dan anak menjadi aset yang tak ternilai di hari esok. Wallahu A'lam.

Sofyan Helmi Tanjung

Post a Comment

 
Top