"Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin, tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan". (Q.S. Luqman : 20)

Makhluk ciptaan Allah `azza wa jalla itu beragam, ia beragam dalam ciptaan, bentuk, kejadiannya, tingkah laku, tabiat dan dalam keberagaman itu setiap makhluk, satu dengan yang lain saling pengaruh mempengaruhi. Tentu pengaruh yang dikehendaki adalah pengaruh yang baik yang dapat meningkatkan budaya manusia, yang bisa melestarikan alam dan mencegah kerusakan. Sedangkan pengaruh yang tidak baik, merusak budaya manusia seyogyanya dihindari. Untuk itu menjadi kewajiban setiap makhluk terutama manusia untuk menjaga keseimbangan antara sesama makhluk Allah yang hidup di bumi. Allah `azza wa jalla berfirman : "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (Q.S. Qomar : 49).

keseimbangan

Sungguh Allah menciptakan segala sesuatu itu dengan ukuran masing-masing, ada takdirnya masing-masing, artinya segala sesuatu itu ukurannya satu dengan yang lain berbeda, tidak ada satupun ciptaan Allah itu yang takdirnya persis sama. Sehingga dengan demikian jika setiap makhluk berjalan di takdirnya masing-masing maka keseimbangan akan tercipta. Benda-benda langit beredar dengan kecepatan tertentu dan di orbit tertentu pula, dan itulah takdir mereka. Jika segala ukuran itu dibiarkan berjalan sesuai dengan takdirnya, maka terciptalah keseimbangan hidup yang satu dengan yang lain.

Keberagaman pada Manusia
Begitu juga halnya dengan manusia, tidak ada yang satu persis sama dengan manusia lainnya, selalu ada kelebihan dan kekurangan. Allah `azza wa jalla berfirman, "Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggti tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." (Q.S. Al Isra : 21)

Sebagaimana makhluk lain, yang beraneka ragam ukurannya (takdirnya), maka begitu pula manusia, tidak ada yang persis sama dengan yang lain, selalu saja ada perbedaan. Ini membuat demografi penduduk manusia beragam yang mendorong manusia untuk bisa bekerja sama, tolong menolong dalam rangka memelihhara keseimbangan hidup. Kita tidak bisa bayangkan jika semua manusia diciptakan sama dalam hal kekayaan dan diciptakan sama dalam hal kekuatan, apa yang akan terjadi?

Bumi, Laut dan yang lainnya Ditundukkan Bagi Manusia
Untuk kemaslahatan hidup manusia maka Allah `azza wa jalla menundukkan laut dan yang lainnya bagi manusia, Allah `azza wa jalla berfirman, "Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan batera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengahasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (Q.S. Al Hajj : 65)

Allah `azza wa jalla seolah-olah bertanya kepada hambaNya, tentang Allah menundukkan apa yang ada di bumi dan di laut, apakah kamu lihat, kamu perhatikan? lautan dengan bahtera ibarat "tol laut" yang bisa menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya, "tol laut" memungkinkan terjadinya perdagangan interinsuler, perpindahan barang dan jasa dari satu pulau ke pulau lainnya, dan juga laut dan bahtera mendorong pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya.

Sebelumnya Allah `azza wa jalla mengatakan bahwa Dia menundukkan bagi manusia apa yang ada di bumi, yaitu berupa sumber daya alam, dan tentu semua itu dalam rangka meningkatkan martabat dan budaya manusia.

Tetapi karena ketidaksungguhannya manusia, dan seolah tidak berdaya mengelolanya untuk mengambil manfaat darinya, sebaliknya malah menjadi musibah baginya.

Harus Memelihara dan Menjaga Keseimbangan
Prinsip dasar Islam mengenai sumber daya alam haruslah berfungsi sebagai Rahmatan lil Alamin, memberikan sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya manfaat bagi seluruh umat manusia, bahkan juga kepada hewan yang hidupnya tergantung kepada sumber daya alam itu, walaupun kepemilikannya berada pada tangan seseorang. Hal ini berdasar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam : "Karunia air tidak boleh dijual, karena menjual air berdampak pada dijualnya rumput." (H.R. Muslim)

Kemudian Ibnu Qudamah dalam bukunya berjudul Al Mughni mengatakan, bahwabarang tambang untuk orang banyak meskipun diperoleh dari tanah milik khusus. Allah `azza wa jalla berfirman, "Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu". (Q.S. Ar Rahman : 9)

Setiap orang yang sumber daya alam ada pada penguasaannya, hendaklah mendistribusikannya secara merata dan berkeadilan. Dia boleh mengelolanya, menjualnya, tetapi tidak boleh memonopoli kemudian menjualnya dengan harga yang tidak wajar. Seseorang hendaklah menyadari bahwa pada setiap nikmat yang diberikan Allah kepadanya mempunyai dua sisi yang bersinggungan, yaitu nikmat, dan juga ada amanah. Menjadi kewajiban bagi setiap orang yang dianugerahi nikmat untuk menyeimbangkan keduanya. Caranya adalah membelanjakan nikmat itu sebesar-besarnya untuk kemaslahatan manusia, itulah tanda syukur yang sebenarnya dan juga sebagai realisasi amanah. Dengan demikian nikmat demi nikmat, akan dilimpahkan oleh Allah `azza wa jalla bagi hambanya yang bisa menyeimbangkan antara rasa terhadap amanah. Allah `azza wa jalla berfirman, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S. Ibrahim : 7)

Siapa saja yang gagal menyelaraskan nikmat dengan tanggung jawab amanah, maka nikmat yang diperolehnya bisa berubah menjadi azab, dan azab Allah itu hendaklah seseorang yang menerima nikmat Allah jangan terlena dengan nikmat itu sehingga melupakan tanggung jawabnya sebagai pemegang amanah dari nikmat itu.

Rubah kegembiraan itu menjadi amal, dengan sering menyebutnya dan menggunakannya di jalan Allah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dalam firman-Nya, "Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan". (Q.S. Ad Dhuha : 11)

Semua benda langit diciptakan beragam, fauna dan flora juga diciptakan beragam, dan semua keberagaman itu diperlihara oleh Allah, diselerasikan oleh Allah agar tercipta sinergi antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia diciptakan beragam, beragam dalam segala aspek, maka untuk menyelaraskan keberagaman yang ada pada manusia, maka diperlukan di antara mereka pemimpin, agar keberagaman terbimbing ke arah kemajuan dan kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda "Jika tiga orang (keluar) untuk bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan". (H.R. Abu Daud/ no. 2609)

Walaupun hanya ada tiga orang yang hendak bepergian, maka mereka disuruh untuk memilih seorang diantara mereka sebagai ketua rombongan yang akan mengarahkan mereka menuju tujuan, mengorganisir kerja sama, menyelaraskan kelemahan dan kekuatan dari masing-masing rombongan, sehingga sampai kepada tujuan dengan selamat. Apalagi jika miliaran orang yang bepergian. Islam menganggap keberadaan manusia di dunia ini sebagai musafir, maka kebutuhan mereka memilih pemimpin dari kelompok mereka sendiri menjadi teramat penting.

Dalam perjalanan setiap kelompok akan memerlukan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya dana, sehingga seorang pemimpin dibutuhkan untuk menyeimbangkan semua kepentingan yang ada supaya tidak terjadi bentrok kepentingan dan menghindari kerusakan sumber daya alam, sehingga terciptalah keseimbangan.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.8 Thn.XLV, 7 Jumadil Akhir 1439 H/ 23 Februari 2018 M Oleh Sofyan Helmi Tanjung)

Post a Comment

 
Top