"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, Dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata." (Al-Ahzab ayat 36)

Ibadah, tidak akan pernah sempurna kecuali dengan menyempurnakan ketaatan kita kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan, baik itu politik, sosial, budaya, ekonomi, dan yang lainnya. Terikat kepada syari'at Allah, baik tekstual maupun yang kontekstual. Seseorang tidak mungkin dapat hidup ini untuk beribadah kepada Allah seutuhnya, kecuali jika ia telah melakukan dua sikap hijrah. Yang pertama sebagaimana yang terkandung dalam syahadat, Asyhadu allaa ilaaha Illallah, hijrah seutuhnya untuk Allah Subhanahu wa ta'ala, dengan mentauhidkan Allah. Tidak ada sesuatu yang paling dicintai kecuali Allah, tidak ada yang paling ditakuti kecuali Allah, dan tidak ada yang bisa diharapkan dalam hidup ini, kecuali hanya mengharap kepada Allah Subhanahu wa ta'ala karenanya, ketertundukan ini mengharuskan seorang mukmin untuk melakukan hijrah yang kedua. Yaitu dengan mengucapkan wa asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah. Hal ini berarti, harus berhijrah untuk hanya mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, "Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, Dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata." (Al-Ahzab : 36)

Oleh karenanya, tidak ada pilihan bagi seorang mukmin, kecuali untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Adapun mereka yang melanggar Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. Tidak cukup seseorang beribadah kepada Allah dengan ikhlas mengharapkan ridha Allah tanpa mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu juga sebaliknya, tidak bisa mengerjakan suatu amalan yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa mengikhlaskan niat kepada Allah. Sehingga dengan berbekal pada keduanya, kita menjalankan kehidupan sebaik-baiknya, sesuai dengan kemampuan kita, melaksanakan apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa yang telah dilarang. Karena seluruh syari'at yang telah Allah tetapkan, tidak ada satu pun yang bertentangan dengan kepentingan umat manusia. 

Ada delapan poin yang bisa menjadi jawaban, kenapa kita perlu berkomitmen untuk menjadi muslim yang seutuhnya. Yang pertama adalah, yakin dengan syari'at yang Allah turunkan kepada kita merupakan syari'at yang paling sempurna. Sehingga apapun yang disuarakan oleh pihak-pihak di luar Islam, jangan sampai menggoyahkan kita. Dimanapun kita berada, dan bagaimanapun keadaan yang kita hadapi, jangan lepas dari Islam. Karena semua musibah yang menimpa manusia tidaklah seberapa selama tidak menimpa agamanya.

Yang Kedua, kesempurnaan syari'at ini. Sebagaimana jaminan Allah pada firman-Nya, "Hari ini telah kusempurnakan agama kalian, dan Aku ridhoi Islam sebagai agama kalian." (Al-Maidah: 3) Oleh karenanya kesempurnaan Islam ini tidak perlu lagi diragukan. Tinggal bagaimana kita mengkaji agama Islam ini sesuai dengan realitas kehidupan dan kita jalankan semampu kita. Kesempurnaan Islam inilah yang perlu kita buktikan, bukan hanya sebatas teori tetapi betul-betul dapat kita realisasikan dalam kehidupan nyata. Kesempurnaan Islam inilah yang menjadikan pribadi seseorang utuh, baik dalam urusan dunianya, maupun urusan akhiratnya. Allah telah menjadikan Islam sebagai pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia. 

Yang ketiga, Jangan akal mendahului al-Qur'an dan as-Sunnah. Allah ingatkan ini dalam firman-Nya, "Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian dahului Allah dan Rasul-Nya." (Al-Hujarat: 1) Maka setiap kali kita ingin melangkah tanyakan pada diri kita, apakah hal ini diridhai oleh Allah atau tidak. Apakah hal ini sesuai dengan ajaran Rasulullah atau tidak. Jika ia bertentangan dengan al-Qur'an dan Sunnah, maka harus dikedepankan bagi setiap muslim.

Yang keempat, Tunduk patuh sepenuhnya kepada perintah dan larangan Allah. Allah ta'ala berfirman, "Sungguh demi Tuhan-mu tidaklah beriman orang-orang yang mengaku beriman itu, sampai menjadikan engkau (wahai Muhammad) sebagai pemutus perkara perselisihan di antara mereka. Dan mereka tidak mendapatkan sedikitpun rasa berat atas apa yang telah engkau putuskan, dan mereka harus tunduk patuh seutuhnya atas perintahmu itu." (An Nisaa: 165) Karenanya, keputusan Rasulullah Shallalahu 'alahi wa salam adalah suatu hal yang mengikat. Ketertundukan kita kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalan suatu keniscayaan, karena Allah ta'ala berfirman, "Barang siapa taat kepada Rasulullah, maka ia telah taat kepada Allah." (An-Nisaa: 80)

Adapun yang melanggar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya, "Maka hendaklah berhati-hati orang yang menyelisihi perintah Rasul-Nya untuk tertimpa fitnah atau tertimpa adzab  yang pedih." (An-Nuur: 63)

Yang kelima, wajib untuk merujuk kepada Allah dan Rasul-Nya bila ada perselisihan. Di dalam surat an-Nisa ayat 59 Subhanahu wa ta'alaa berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat  tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisaa: 59) Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak, adapun taat kepada ulil amri bersyarat, baik itu pemerintah, atau pun ulama. Jadi selama mereka memerintahkan pada kebenaran (sesuai Al-Qur'an dan Sunnah) maka wajib ditaati.

Yang keenam, wajib menolak seluruh ketetapan yang bertentangan dengan syari'at Allah. Sehingga apabila ada pandangan, pendapat, riwayat, dari siapa pun jika bertentangan  dengan syari'at Allah maka harus ditolak. 

Yang ketujuh, menutup seluruh pintu yang berpotensi memunculkan aliran sesat. Kemudian yang kedelapan, mengajak pada kebenaran, mencegah dari kemungkaran, dan berjihad di jalan Allah.

Kesempurnaan Islam ini, bukan hanya menitik beratkan pada keshalehan pribadi, karenanya dalam Islam diajarkan al-amru bil-ma'ruf, nahyu 'anil-mungkar, dan jihad fi sabilillah. Inilah poin-poin yang melatar belakangi seorang mukmin agar senantiasa berkomitmen dalam keislamannya, dan mengapa kita harus tunduk sepenuhnya pada syari'at Allah, karena itu adalah jaminan untuk menjadi manusia seutuhnya, sukses dunia dan akhirat, tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain dan lingkungan sekitarnya.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.33 Thn.XLVI, 17 Shafar 1443 H/ 24 September 2021 M Oleh Farid Ahmad Okbah)

Post a Comment

 
Top