Ramadhan adalah bulan tempat kita menempa dan melatih diri. Prioritas amal apa yang akan kita latih di bulan ini? Di antaranya adalah pertama, manajemen waktu, waktu harus semakin bisa kita kendalikan dengan baik. Waktu di bulan ini terlalu berharga, hingga tak layak kita melakukan sesuatu, berucap, bergerak, berpikir, mendengar atau melakukan apapun kecuali menghasilkan sesuatu yang terbaik.

Pantang bagi kita di bulan Ramadhan ini perpindahan detik demi detik tak menjadi amal apa pun. Di bulan ini Allah mendidik kita agar setiap perpindahan waktu kita kelola sedemikian rupa. Diam, bergerak, berpikir, berbicara, mendengar, dan lintasan hatipun harus bermanfaat semuanya. Ramadhan hari kemarin tak akan pernah kembali lagi.

Karenanya saat-saat di bulan yang penuh berkah ini jangan disia-siakan, tiap saat yang kita lalui harus efektif. Kita sering menangis tersedu-sedu kalau kehilangan uang, tapi jarang menangis kalau kehilangan waktu. Padahal apalah artinya uang, nanti akan ada lagi dan kemudian tiada lagi, begitu seterusnya, tapi waktu yang telah berlalu tak akan pernah kembali lagi. Ada ungkapan time is money, waktu adalah uang.

Lebih dari itu, bagi kita waktu adalah kehormatan dan kedudukan di sisi Allah. Time is taqarrub, waktu adalah pendekat kepada Allah dalam segala aktivitas yang Allah takdirkan menjadi bagian dari hidup kita. Inilah mahalnya waktu. Kita tidak boleh rela waktu terlewat begitu saja, setiap saat harus menjadi sesuatu yang bermanfaat. Orang yang paling bodoh adalah orang yang memiliki modal, tetapi modalnya dihamburkan sia-sia, yaitu orang yang paling menghamburkan waktunya dengan sia-sia.

Kedua, meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita. Pantang bagi kita untuk melewati aktivitas apapun di bulan ini tak menjadi amal shaleh. Perbuatan apapun yang kita lakukan renungkanlah, "Apakah perbuatan ini disukai Allah tidak?" Kalau ingin menonton televisi, menontonlah acara yang bermanfaat, jangan yang sia-sia atau ganti dengan tadarus, meningkatkan ilmu, dan membaca buku tentang keutamaan Ramadhan.

Jadikan Ramadhan ini menjadi bulan peningkatan mutu shalat kita, bulatkan tekad untuk khusyuk. Kita sering menganggap remeh shalat, padahal shalat adalah amal awal yang ditanya di yaumil akhir nanti. Amal-amal lain tak akan diperhitungkan, tak akan dipedulikan, jika shalat kita tak khusyuk. Naudzubillah. Selain shalat fardhu, perbanyak pula shalat sunat rowatib, shalat dhuha, shalat tarawih, dan shalat tahajud di sepertiga malam terakhir. Carilah ilmu tentang bagaimana meningkatkan mutu shalat.

 Di samping itu, Rasulullah SAW di bulan Ramadhan ini sangat ringan bersedekah. Karenanya, marilah kita tingkatkan sedekah kita. Di antara kita memang berbeda-beda kemampuan ekonominya, sedekah tak harus dengan uang, sejauh mata memandang dan telinga mendengar, semuanya samudera sedekah. Uang hanyalah salah satu cara untuk bersedekah. Kalau tak mempunyai uang untuk disedekahkan, maka mulailah dari sedekah yang paling mudah misalnya senyum, salam dan sapa. Kalau sedang berjalan, carilah paku dan duri kemudian pungutlah. Melihat keset yang miring, luruskan. Melihat sapu terguling, betulkan. Melihat Alquran berantakan, rapihkan. Seperti radar, peka terhadap ladang amal. Ini adalah sedekah.

Di mana pun kita berada harus selalu menjadi suatu kebaikan. Wajah cerah adalah sedekah. Membuat orang lain tidak marah juga sedekah. Jangan pernah terlintas dalam pikiran kita untuk berbuat jelek sekecil apa pun, karena semuanya pasti akan kembali kepada kita juga. Kenikmatan kita adalah memberi, bukan diberi.

Kebahagiaan kita adalah menghormati, bukan dihormati. Inilah inti dari sedekah. Marilah kita mengubah orientasi hidup kita dari berharap mendapatkan sesuatu menjadi keinginan untuk memberikan sesuatu dengan tulus dan ikhlas. Jangan kaget kalau ternyata dunia ini lebih indah dari yang kita duga.

Mudah-mudahan uraian ini bisa membuat kita semakin bergairah untuk menata waktu lebih efektif, juga bisa semakin meningkatkan kuantitas dan kualitas amal ibadah kita menjadi lebih baik. Semoga seusai Ramadhan kali ini hidup kita menjadi lebih bermakna dan makin bermanfaat bagi orang lain.

REPUBLIKA - Jumat, 29 Nopember 2002 Oleh KH Abdullah Gymnastiar

(sumber:republika.co.id

Post a Comment

 
Top