Tidaklah akan merugi orang yang suka beristikharah (memohon petunjuk dengan bersalat) dan tidaklah akan bersedih hati orang yang suka bermusyawarah, serta tidak akan kelaparan orang yang rajin menabung. (Nabi Muhammad SAW)

Memohon petunjuk Allah dengan bersalat merupakan kegiatan ibadah yang selalu kita lakukan. Ibadah yang satu ini unik dan misterius. Disebut unik karena dalam ibadah ini seolah-olah kita menelepon langsung kepada Tuhan SWT. Disebut misterius karena selalu ada jawaban atas petunjuk yang kita minta. Jawaban yang datang sering seketika. Bisa lewat mimpi, sering pula lewat gejala yang nampak dalam kegiatan kita sehari-hari. Misalnya, kita memohon jodoh. Gambaran orang yang akan menjadi jodoh kita -- kadang berwujud wajah -- muncul di hadapan kita.

Ibadah istikharah ini mengasah sensitivitas kita. Makin sering dilakukan, makin baik. Juga mengajarkan supaya kita selalu ingat kepada hal-hal yang baik saja. Apalagi jika kita hidup dalam suatu komunitas yang selalu menghendaki kita untuk bermusyawarah. Memohon petunjuk tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk keselamatan masyarakat tempat kita hidup. Hadis riwayat Thabrani di atas mengajarkan bahwa hidup ini dapat dibangun dengan selalu memohon petunjuk Allah. Apalagi zaman sudah semakin rumit oleh perkembangan sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Hidup sehari-hari semakin membutuhkan keterampilan kita dalam mengatasinya. Kerumitan di kota-kota besar tidak kalah rumitnya dengan hidup di desa. Di kota, semuanya bisa menjadi kenyataan tetapi sangat mahal biayanya. Di kampung, impian susah menjelma, tapi kelestarian mudah didapat. Agaknya di kota maupun di desa kita perlu berhemat dalam segala hal.

Bagi para calon jemaah haji, di Tanah Suci adalah kesempatan yang seluas-luasnya untuk memohon petunjuk Allah SWT. Apalagi di masjid yang tersuci itu, Masjidil Haram. Bahkan sering kejadian, di depan Ka'bah kita dikaruniai petunjuk sebelum kita memohonnya. Petunjuk itu bahkan di luar batas kesadaran permohonan kita. Tidak perlu malu memohon petunjuk kepada Tuhan karena barangkali kita terlalu cerewet. Insya Allah Tuhan senang-senang saja atas ulah kita itu dan kita senang karena yang memberi petunjuk Tuhan sendiri. Malu bertanya, sesat di jalan, adalah petuah yang sudah kita resapi sejak kita kecil. Ayolah kita berangkat untuk beristikharah sekarang juga, mumpung kesalahan-kesalahan yang kita buat belum semakin banyak.


(sumber:http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/08/11/05/11841-istikharah)

Post a Comment

 
Top