"Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun". (Q.S. Nuh [71] : 10 )


Manusia yang hidup di dunia ini tidak bisa luput dari kesalahan. Dalam bahasa Arab manusia disebut "An Nas" yang berarti makhluq yang pelupa. Berkata Ibnu Abbas, "Nabi Adam alaihissalam lupa terhadap janji Allah, maka dinamakan manusia". Salah satu cara menutupi kelupaan dan kesalahan tersebut adalah dengan istighfar (meminta ampun kepada Allah `azza wa jalla). Oleh karenanya, Allah dalam banyak ayat memerintahkan kaum muslimin untuk beristighfar dan mohon ampun kepada-Nya atas kesalahan-kesalahan yang mereka perbuat.


Orang yang merasa tidak pernah berbuat salah adalah orang yang menyalahi fitrah dan menyalahi hukum alam yang telah diletakkan Allah dalan kehidupan ini. Hal ini telah diterangkan oleh Rasulullah SAW, "Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, jika kamu tidak pernah berbuat dosa, maka Allah akan mematikannya dengan suatu kaum yang berbuat dosa kemudian mereka meminta ampun kepada-Nya, kemudian Allah akan mengampuni mereka". (H.R. Muslim/2749)


Maka, sebagai orang yang beriman hendaknya kita mengakui bahwa setiap dari kita pasti pernah melakukan kesalahan, kemudian selalu memohon ampun kepada Allah `azza wa jalla.


Istighfar berarti meminta ampun kepada Allah, dengan harapan agar Allah menutupi dan memaafkan dosa-dosa yang pernah dilakukannya, serta tidak menghukumnya. Disana ada pertanyaan : apa perbedaan antara istighfar dengan taubat ?


Jawabannya : Istighfar kalau disebutk dalam Al-Quran dan hadist secara sendiri maka berarti taubat juga. Akan tetapi kalau istighfar dan taubat disebut bersamaan dalam satu kalimat, maka perbedaan antara keduanya adalah bahwa istighfar : meminta ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Sedang taubat adalah kembali kepada Allah atas dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Sedang taubat adalah kembali kepada Allah atas dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan yang akan datang. Jadi dosa itu ada dua, yang pertama adalah dosa yang telah berlalu, maka obatnya adalah istighfar, dan yang kedua adalah dosa yang akan datang, maka obatnya adalah taubat supaya tidak terjebak di dalamnya dikemudian hari.


Keutamaan dan Kekuataan Istighfar


Istghfar mempunyai beberapa faidah dan  keutamaan, di antaranya adalah:


Pertama, Istighfar menyebabkan terhapusnya dosa-dosa dan kesalahan. Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada satupun seorang hamba yang berbuat suatu dosa, kemudian berdiri untuk mengambil wudlu, kemudian melakukan sholat dan beristighfar untuk meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuni dosanya." Kemudian Rasulullah SAW, membaca surat Ali Imran, ayat : 135, yang artinya: "Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedangkan mereka mengetahui." (H.R. Tirmidzi dan Abu Daud )


Dosa dan maksiat yang ada dalam diri kita, bagaikan penyakit dalam tubuh manusia, dia akan memberatkan tubuh, mengganggu gerakannya, memperlambat kecepatannya, memandulkan kecakapannya, memusingkan kepalanya, membuat nyeri di perut, membuat pegal di badan, membuatnya tidak bernafsu untuk makan, tidak selera untuk minum dan tidak enak untuk tidur, tidak bisa konsentrasi dalam kerja. Makanya dengan istighfar penyakit dosa dan maksiat itu akan dihilangkan dan dihapuskan oleh Allah `azza wa jalla, sehingga hati ini menjadi cerah, semangat menjadi tumbuh kembali, badan menjadi segar dan bugar.


Kedua, Istighfar menyebabkan seseorang tinggi derajatnya di dunia dan di akhirat. Orang yang selalu istighfar, niscaya Allah akan meninggikan derajatnya di dunia dan di akhirat. Tinggi derajatnya di dunia, karena orang yang selalu beristighfar dakan hati-hati dalam berbuat, seandainya ia terjatuh ke dalam suatu kesalahan ataupun dosa segera ia ingat Allah `azza wa jalla dan memohon ampun kepada-Nya. Orang seperti ini akan disenangi dan dihormati oleh masyarakat sehingga secara otomatis derajatnya akan menjadi tinggi di mata mereka.


Tinggi derajatnya di akhirat, karena Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat derajat seorang hamba sholeh di syurga. Hamba tersebut bertanya kepada Allah, "Wahai Rabb ! kenapa derajat saya jadi terangkat? Allah berfirman, itu, karena anakmu memohonkan ampun atas dosa-dosamu." (H.R. Ahmad )


Berkata Ibnu Taimiyah, "Istighfar bisa memindahkan seorang hamba dari perbuatan yang jelek kepada perbuatan yang terpuji, memindahkannya dari suatau amalan yang belum sempurna menjadi sebuah amalan yang sempurna, dan meninggikan seorang hamba dari posisi yang lebih tinggi darinya bahkan lebih lengkap."


Ketiga, Istighfar membuat hati menjadi bersih dan bening. Seorang muslim yang selalu beristighfar dan memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang ia perbuat, tidak diragukan lagi hatinya akan menjadi bening dan bersih. Bagaimana tidak bening, setiap saat ia selalu mengakui kesalahan yang ia lakukan, selalu menjaga dirinya agar tidak terperosok dalam hal-hal yang akan mengotori hatinya. Orang yang hatinya bening biasanya tidak pendendam dan mudah memaafkan kesalahan orang  lain.


Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnyaa seorang hamba jika ia melakukan kesalahan, maka akan tercemari hatinya dengan satu bercak hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya dan beristighfar (memohon ampun) serta bertaubat, maka hatinya menjadi bersih lagi. Jika ia melakukan kesalahan lagi, dan menambahkannya makan hatinya lama-kelamaan akan menjadi hitam pekat. Inilah maksud dari "ar-Raan" (penutup hati) yang disebut Allah dalam firman-Nya," Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (Q.S.  Al Muthoffifin : 14)". (H.R. Tirmidzi/3334)


Orang-orang yang sering meremehkan dosa-dosa kecil, apalagi yang besar dan tidak mau beristighfar, hatinya akan menjadi hitam dan keras, bahkan lebih keras dari batu. Sulit baginya untuk menerima nasehat dan peringatan. Hatinya tidak bergetar sedikitpun ketika dibacakan ayat-ayat Allah, tidak pernah menangis karena takut akan dosa-dosanya, dan tidak takut dengan adzab Allah. Naudzu billah min Dzalik.


(Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.12 Thn.XL, 10 Jumadil 'Ulaa 1434 H/22 Maret 2013 Oleh Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA)

Post a Comment

 
Top