"(yaitu orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami telah beriman, Maka ampunilah segala dosa Kami dan peliharalah Kami dari siksa neraka."
(Q.S. Ali-Imraan [3]: 16)


Manusia berusaha biarlah Tuhan yang menentukan, demikian ungkapan yang seringkali kita dengar tentang makna dari tawakal. Untuk kebaikan bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan kelak di akhirat, kita semua - sebagai manusia - diperintahkan untuk senantiasa berserah diri atau tawakal.


Di balik sikap berserah diri manusia wajib berdoa dan berusaha saat memiliki tujuan atau rencana yang tengah ditargetkan. Dengan berdoa dan berusaha, setiap manusia akan melewati tantangan, rintangan yang pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan.


Secara harfiah, doa pun identik dengan kata lain; da'wah. Sehingga doa bisa berarti mengajak atau mengundang agar datang. Doa yang berarti permohonan langsung kepada Allah `azza wa jalla agar diberikan kebaikan, keberkahan, kemudahan, kesehatan dan jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain.


Hamba-hamba Allah jika berdo'a mempunyai tiga ciri khas. Sebagaimana yang disebutkan pada ayat di atas, tiga ciri khas tersebut adalah:


Ciri Pertama: Mereka memulai dengan mengungkapkan kembali keimanan mereka kepada Allah, memperbaharui tauhid mereka, mengingkrarkan kembali penghambaan mereka di hadapan Allah `azza wa jalla, dengan mengucapkan: "Rabbana Innana Amanna" (Ya Allah Tuhan Kami, sesungguhnya kami telah beriman kepada-Mu).


Ini seperti dalam surat al-Fatihah sebelum berdoa meminta petunjuk jalan yang lurus, "Ihdina ash-shiratho al-mustaqin", didahului dengan kata pengantar yang berisi pengikraran keimanan kembali ubudiyah ( penyembahan ) kita kepada Allah dengan membaca : "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in". Begitu juga yang dilakukan oleh nabi Yunus alaihissalam, ketika berdoa di dalam tiga kegelapan ( kegelapan perut ikan paus, kegelapan laut, dan kegelapan malam ) beliau memulai do'anya dengan mengikrarkan kembali kalimat tauhid "La Ilaha Illa Anta" ( Tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau ).


Kalimat Tauhid adalah wasilah ( sarana ) dalam doa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya agar do'a kita mustajab dan dikabulkan Allah. Dan ini merupakan wasilah yang dicintai oleh Allah, sebagaimana firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah ( sarana ) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapatkan keberuntungan." (Q.S. Al Maidah [5]: 35)


Ciri Kedua : Ketika berdo'a, yang menjadi pikiran utama mereka adalah ampunan Allah `azza wa jalla. Mereka tidaklah meminta dunia terlebih dahulu, tetapi yang diminta adalah ampunan Allah `azza wa jalla. Karena mereka yakin bahwa ampunan Allah akan membawa berkah di dalam kehidupan mereka di dunia dan di akhirat sekaligus.


Inilah yang dipahami oleh nabi Adam alaihissalam, ketika berdo'a kepada Allah sesaat setelah diturunkan dari syurga, "Keduanya berdo'a : "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi". (Q.S. Al-A'raf : 23)


Ini juga yang diajarkan nabi Muhammad SAW kepada istrinya sayidah Aisyah ra ketika bertanya kepada beliau tentang doa yang dibaca pada malam lailatul qadar, beliau mengajarkan kepadanya satu doa saja, yaitu : Allahumma innaka 'afuwun tuhibu al-afwa fa'fuanna, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku". ( H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadist ini disahihkan Tirmidzi dan Hakim )


Ciri Ketiga : Pada akhir do'a, mereka meminta agar dijauhkan dari api nereka. Itulah tujuan akhir dari kehidupan kita, setelah diampuni Allah, kita memohon untuk dijaga dari api nereka. Ini sesuai dengan firman Allah : "Dan diantara mereka ada orang yang berdo'a : "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa nereka". (Q.S. Al-Baqarah [2] : 201)


Do'a ini adalah do'anya orang-orang pintar, para cerdik cendekia yang disebutkan Allah di akhir surat Ali Imran, yaitu pada ayat : 190 - 191, "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa nereka". (Q.S. Ali Imran [3] : 190 - 191)


Do'a ini juga selalu diulang-ulang oleh Rasulullah SAW, sebagai mana tersebut di dalam hadist : "Bahwasanya Rasulullah SAW bertanya kepada salah seorang sahabatnya: "Bagaimana anda berdo'a di dalam sholat? Dia menjawab: "Saya membaca tasyahud kemudian saya berdo'a: "Ya Allah saya memohon kepada-Mu syurga dan saya berlindung kepada-Mu dari api neraka", dan saya tidak pandai berdo'a seperti do'amu dan do'anya Mu'adz. Rasulullah SAW bersabda: "Sekitar itulah kami berdo'a." ( H.R. Abu Daud, Shahih)


Kenapa orang-orang pintar dan cerdik cendekia berdo'a untuk selalu dijauhkan dari api neraka?. Karena mereka mengetahui bahwa setiap orang yang dimasukkan syurga dan dijauhkan dari api neraka adalah orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat, sebagaimana firman-Nya: "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Q.S. Ali Imran [3] : 185 )


Terkabulnya Do'a
Kemudian, jika seorang muslim berdoa pada Allah agar diberi rizki dan diberi keturunan, akan tetapi do'anya tak kunjung pula terkabulkan, apakah seperti itu adalah buah dari tidak diterimanya amalan?


Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdillah bin Baz ketika ditanyakan seperti di atas. Lalu beliau menjawab, Ada berbagai faktor yang menyebabkan do'a tak kunjung dikabulkan. Do'a tersebut tidak terkabul boleh jadi karena jeleknya amalan, maksiat dan kejelekan yang seseorang perbuat. Boleh jadi juga sebabnya adalah karena makan makanan yang haram. Juga bisa jadi karena ia berdo'a biasa dalam keadaan hati yang lalai. Boleh jadi pula karena sebab lainnya sebagaimana yang Nabi SAW sebutkan dalam hadits, "Tidaklah seorang muslim memanjatkan do'a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal : [1] Allah akan segera mengabulkan do'anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarikan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo'a.". Nabi lantas berkata, "Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian. (H.R. Ahmad)


Boleh jadi tidak terkabulnya do'a seorang hamba karena masksiat yang ia perbuat, karena hatinya yang lalai saat memanjatkan do'a, atau karena memakan yang haram. Atau boleh jadi pula do'a seseorang tak kunjung terkabul karena Allah `azza wa jalla memilih yang terbaik untuknya dengan Allah mengganti apa yang ia minta dengan yang lebih bermanfaat di syurga dan akhirat kelak. Atau bahkan Allah menggantinya dengan sesuatu di akhirat dan di surga yang kekal.


Bisa jadi pula Allah mengganti permintaan hamba tadi dengan maslahat lainnya dengan Allah menghindarkan darinya berbagai keburukan. Bisa jadi Allah menghindarkan darinya kejelekan tanpa ia sadari. Itulah karena do'a yang ia panjatkan pada Allah. Inilah yang terbaik sesuai dengan hikmah Allah. Allah bisa jadi mengabulkan do'anya dengan memberikannya anak, rumah atau istri. Boleh jadi pula Allah palingkan dari kejelekan dengan sebab do'a dan mengganti dengan yang lebih bermanfaat sebagaimana yang disebutkan dalam hadits di atas. Wallahu A'lam 

(Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.5 Thn.XLI, 29 Rabi'ul Awwal 1435 H/31 Januari 2014 Oleh Dr. Ahmad Zain An-Najah, MA)





Post a Comment

 
Top