Oleh Robiatul Adawiyah
Pada zaman dahulu, ada tiga orang yang bepergian hingga tibalah waktu istirahat dan terpaksa menempati sebuah gua un tuk bermalam. Tiba-tiba, ada sebuah batu besar dari gu nung yang jatuh menutup pintu gua. Mereka berkeyakinan bah wa tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan me reka dari gua kecuali Allah SWT. Maka, mereka pun mulai berdoa.
Seseorang dari mereka berdoa, "Ya Allah saya mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia. Setiap sore saya biasa menyediakan minum untuk mereka sebelum untuk siapa pun, baik untuk keluarga ataupun hamba sahaya. Hingga, pada sua tu hari saya pergi jauh mencari pepohonan dan dedaunan un tuk makanan ternak. Ketika saya pulang, keduanya telah ter tidur, sedangkan saya sudah memerah susu untuk diminum di sore hari."
"Saya enggan membangunkan mereka atau memberikan- nya untuk keluarga dan hamba sahaya sebelum keduanya. Saya pun tetap menanti keduanya bangun, sementara gelas susu masih di tangan saya sampai menjelang fajar. Anak-anak pun menangis kelaparan menggelayut di kedua kaki saya. Keduanya pun bangun dan meminum susu tersebut. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang demikian dengan niat benar - benar mencari ridha-Mu maka geserlah batu besar yang menutup kami ini." Tiba-tiba batu besar itu terbuka sedikit, tetapi mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya saya mem- punyai sepupu wanita. Aku sangat mencintainya. Bahkan, cin - taku lebih besar daripada laki-laki yang saat ini jatuh cinta pa danya. Aku sangat menginginkan dirinya. Tapi, ia menolak - ku. Hingga, pada suatu tahun ia tertimpa musim paceklik. Ia menemuiku untuk meminta bantuan. Lalu, saya memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau berduaan denganku. Ia pun terpaksa menerimanya."
Ketika saya hampir menguasainya, sepupuku berkata. "Takutlah kepada Allah, jangan kau ambil mahkotaku kecuali dengan hak nikah."
"Saya pun meninggalkannya, padahal ia sangat saya cintai dan saya tinggalkan emas untuknya. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar - benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran ini." Batu besar tersebut terbuka lagi, tapi mereka belum bisa keluar dari gua.
Kemudian, orang terakhir berdoa, "Ya Allah, saya dulu mempunyai beberapa pekerja. Sampai datang waktu pemberian upah, saya berikan semua upah mereka kecuali satu orang yang belum datang. Kemudian, upah tersebut saya kembangkan dengan membelikan binatang ternak. Hingga, suatu hari ia datang mengambil upahnya. Ia segera mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikitpun untukku. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar - benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kami hadapi ini." Kemudian, dengan izin Allah ba tu besar tersebut terbuka lebar hingga mereka bisa keluar dari gua.
Mahabesar Allah yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak akan melalaikan sedikit pun amal perbuatan ma nusia, baik amal perbuatan baik ataupun buruk. Maka, ba rang siapa yang me ngerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat ba lasannya. Dan, barang siapa mengerjakan kejahatan seberat za rah, niscaya dia akan melihat balasannya. (az-Zalzalah: 7-8).
Maka, Saudara seiman dan seperjuangan, janganlah pernah kita berputus asa dari nikmat Allah. Karena, sesungguhnya hanya orang-orang musyriklah yang akan terputus nik matnya.
Marilah kita terus berbuat demi kemaslahatan umat.
(Sumber: Republika edisi : Rabu, 30 April 2014 Hal. 25 Oleh obiatul Adawiyah)
Pada zaman dahulu, ada tiga orang yang bepergian hingga tibalah waktu istirahat dan terpaksa menempati sebuah gua un tuk bermalam. Tiba-tiba, ada sebuah batu besar dari gu nung yang jatuh menutup pintu gua. Mereka berkeyakinan bah wa tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan me reka dari gua kecuali Allah SWT. Maka, mereka pun mulai berdoa.
Seseorang dari mereka berdoa, "Ya Allah saya mempunyai orang tua yang sudah lanjut usia. Setiap sore saya biasa menyediakan minum untuk mereka sebelum untuk siapa pun, baik untuk keluarga ataupun hamba sahaya. Hingga, pada sua tu hari saya pergi jauh mencari pepohonan dan dedaunan un tuk makanan ternak. Ketika saya pulang, keduanya telah ter tidur, sedangkan saya sudah memerah susu untuk diminum di sore hari."
"Saya enggan membangunkan mereka atau memberikan- nya untuk keluarga dan hamba sahaya sebelum keduanya. Saya pun tetap menanti keduanya bangun, sementara gelas susu masih di tangan saya sampai menjelang fajar. Anak-anak pun menangis kelaparan menggelayut di kedua kaki saya. Keduanya pun bangun dan meminum susu tersebut. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang demikian dengan niat benar - benar mencari ridha-Mu maka geserlah batu besar yang menutup kami ini." Tiba-tiba batu besar itu terbuka sedikit, tetapi mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya saya mem- punyai sepupu wanita. Aku sangat mencintainya. Bahkan, cin - taku lebih besar daripada laki-laki yang saat ini jatuh cinta pa danya. Aku sangat menginginkan dirinya. Tapi, ia menolak - ku. Hingga, pada suatu tahun ia tertimpa musim paceklik. Ia menemuiku untuk meminta bantuan. Lalu, saya memberinya 120 dinar dengan syarat ia mau berduaan denganku. Ia pun terpaksa menerimanya."
Ketika saya hampir menguasainya, sepupuku berkata. "Takutlah kepada Allah, jangan kau ambil mahkotaku kecuali dengan hak nikah."
"Saya pun meninggalkannya, padahal ia sangat saya cintai dan saya tinggalkan emas untuknya. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar - benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran ini." Batu besar tersebut terbuka lagi, tapi mereka belum bisa keluar dari gua.
Kemudian, orang terakhir berdoa, "Ya Allah, saya dulu mempunyai beberapa pekerja. Sampai datang waktu pemberian upah, saya berikan semua upah mereka kecuali satu orang yang belum datang. Kemudian, upah tersebut saya kembangkan dengan membelikan binatang ternak. Hingga, suatu hari ia datang mengambil upahnya. Ia segera mengambil semuanya tanpa menyisakan sedikitpun untukku. Ya Allah, jika saya mengerjakan yang sedemikian itu adalah dengan niat benar - benar mencari ridha-Mu maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kami hadapi ini." Kemudian, dengan izin Allah ba tu besar tersebut terbuka lebar hingga mereka bisa keluar dari gua.
Mahabesar Allah yang selalu menepati janji-Nya. Dia tidak akan melalaikan sedikit pun amal perbuatan ma nusia, baik amal perbuatan baik ataupun buruk. Maka, ba rang siapa yang me ngerjakan kebaikan seberat zarah, niscaya dia akan melihat ba lasannya. Dan, barang siapa mengerjakan kejahatan seberat za rah, niscaya dia akan melihat balasannya. (az-Zalzalah: 7-8).
Maka, Saudara seiman dan seperjuangan, janganlah pernah kita berputus asa dari nikmat Allah. Karena, sesungguhnya hanya orang-orang musyriklah yang akan terputus nik matnya.
Marilah kita terus berbuat demi kemaslahatan umat.
(Sumber: Republika edisi : Rabu, 30 April 2014 Hal. 25 Oleh obiatul Adawiyah)
Post a Comment