Oleh Ustaz HM Arifin Ilham

"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosa mu. Dan, barang - siapa menaati Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah mendapatkan ke menangan yang besar." (QS al-Ahzab, 33: 71).

Selain Nabi Muhammad SAW, hamba Allah yang sedikit pun tidak ada keraguan dalam keimanannya kepada Allah dan Rasul-Nya adalah Abu Bakar as-Shiddiq. Ketika Nabi Muhammad SAW mengabarkan telah diutus untuk Isra Mi'raj, sahabat dekatnya itu langsung membenarkan. Sedikit pun Abu Bakar tak meragu kan apalagi mem pertanyakannya.

Pribadi yang bertakwa haruslah seperti sosok mertua Nabi SAW itu. Selalu mengimani apa saja yang dikabarkan Rasul-Nya. Karena apa pun yang keluar dari lisan Nabi pasti benar datang dari Allah. "Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut ke mauan hawa nafsunya. Melainkan, hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepa - danya oleh (Jibril) yang sangat kuat." (QS an-Najm, 53: 2-5).

Persoalannya, bagaimana kita bisa mengimani kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW dengan baik. Hari ini kita baru saja me masuki Rajab yang pada 15 abad lalu pernah terjadi sebuah peristiwa mahabesar, yaitu Isra dan Mi'raj. Kita ingin membacanya sebagaimana Abu Bakar as-Shiddiq dulu bereaksi cepat dengan mengimaninya. Sehingga, beliau mendapat gelar as-shiddiq (jujur dan selalu membenarkan).

Kekuatan iman Abu Bakar menjadikannya sebagai sahabat pertama yang dipersilakan Nabi untuk masuk surga dari arah pintu mana saja yang ia suka. Dan, hal itu adalah bagian dari kemenangan besar yang beliau dapat, seperti diinformasikan ayat Alquran di atas.

Abu Bakar selalu berada dalam jajaran sahabat yang paling bertakwa. Ketika suatu Subuh, Rasul bertanya siapa yang sepagi itu sudah berinfak, menjenguk orang sakit, dan berniat puasa. Maka, tidak ada yang menjawab kecuali pemerdeka budak Bilal bin Abi Rabbah ini. Dan, itu pun dengan anggukan malu, takut riya dan ujub.

Ketika Nabi SAW meminta para sahabatnya berinfak untuk sebuah kepentingan peperangan di jalan Allah. Maka, Abu Bakar-lah yang me nyerahkan seluruh har tanya.

Saat ditanya apa yang ditinggalkan untuk istri dan anak-anak nya? Abu Bakar dengan yakin menjawab, "Allah dan Rasul nya te lah aku tinggalkan untuk mereka!"

Subhanallah, jawaban penuh iman mencerminkan keimanan yang prima dan tangguh. Saudaraku, hari ini mari kita belajar iman dari Abu Bakar. Untuk hari-hari bersejarah kelak yang selalu kita rindukan dalam kemenangan hidup yang besar.

 (Sumber: Republika edisi : Jumat, 02 Mei 2014 Hal. 25 Oleh Ustaz HM Arifin Ilham)

Post a Comment

 
Top