Untuk kali pertama dalam sejarah, Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU), dihelat di tanah kelahirannya, Jombang, Jawa Timur. Sejumlah sidang komisi muktamar yang mengambil tema "Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia" itu, mengambil lokasi di empat pesantren yang didirikan oleh para pendiri NU.

Dalam catatan sejarah, keempat pesantren tersebut memiliki andil besar dalam dakwah dan syiar Islam, sekaligus memperkokoh pergerakan NU. Bagaimanapun pesantren adalah jantung utama bagi organisasi yang berdiri pada 31 Januari 1926 itu.

Keempat pesantren yang memiliki hubungan kekerabatan tersebut adalah Pondok Pesantren Bahrul Ulum (Tambakberas), Pondok Pesantren Darul Ulum (Peterongan), Pondok Pesantren Mambaul Maarif (Denanyar), serta Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Berikut ini profil tiga pesantren tuan rumah muktamar yang berlangsung 1-5 Agustus itu:

pesantren pendiri NU

Tebuireng

Pesantren bernama asli Salafiyah Syafi'iyah ini dirikan oleh KH Hasyim Asy'ari pada 3 Agustus 1899. Semula pesantren ini hanya berupa bangunan sederhana yang terdiri tempat tinggal Kiai Hasyim dan mushala. Pesantren ini muncul di tengah-tengah keprofanan masyarakat.

Di Tebuireng, sebelum pesantren ini berdiri, terkenal sebagai pusat maksiat sebagai dampak dari berdirinya Pabrik Gula Tjoekir oleh Belanda. Baik dalam bentuk perjudian, perampokan, prostitusi, minuman keras, pencurian, dan sebagainya.

Pesantren ini hadir memberikan solusi secara integral, hingga mendapat simpati dari masyarakat. Pesantren yang kini dipimpin oleh KH Solahudin Wahid itu pun menjadi benteng moralitas bagi masyarakat Jombang hingga sekarang.

pesantren pendiri Nu

Tambakberas

Pesantren yang bernama asli Bahrul 'Ulum ini dirikan oleh KH Abdus Salam bersama ke-25 pengikutnya pada 1825 sebab itu juga dikenal dengan Pondok Selawe atau dua puluh lima.
Ia adalah putra dari Abdul Jabbar putra Ahmad putra Pangeran Sumbu putra Pangeran Benowo putra Jaka Tingkir (Maskarebet) putra Lembu peteng Aqilah Brawijaya. Nama pesantren tersebut diberikan oleh KH Abdul Wahab Hasbullah pada 1967.

Pesantren yang berada di Dusun Tambakberas, Desa Tambakrejo, Jombang, tepatnya 3 km dari pusat kota, tersebut bertahan bahkan berkembang pesat hingga kini. Pesantren ini mengelola sebanyak 18 unit pendidikan, mulai pendidikan prasekolah hingga perguruan tinggi.

pesantren pendiri NU

Denanyar

Pesantren yang berlokasi di tepi Jalan Raya Jombang-Megaluh, 3 km arah barat Jombang itu, didirikan oleh KH Bisri Syansuri, kakek dari almarhum KH Abdurrahman Wahid, alias Gus Dur, pada 1917. Dibanding tiga ponpes besar lainnya, Ponpes Denanyar memang bisa dikatakan yang paling muda.

Mbah Bisri merupakan salah satu tokoh pelopor yang memberikan kesempatan perempuan untuk belajar di pesantren. Ketika itu, perempuan tidak lazim nyantri di pondok. Pada 1921, Mbah Bisri mendirikan pesantren untuk putri.

Visi Pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif adalah mengembangkan tradisi keilmuan pesantren yang bisa mengantarkan lulusan yang pakar agama, kompetitif dalam menatap masa depan, dinamis, kreatif, berakhlak mulia, serta bermanfaat.

(sumber:Republika edisi Minggu, 2 Agustus 2015 Hal. 13 Oleh Nashih Nashrullah)

Post a Comment

 
Top