Islam telah mengakar di Libya sejak masa awal kehadiran risalah samawi ini di Jazirah Arab. Islam masuk di wilayah Afrika ini pada era pemerintahan Umar bin Khattab setelah sukses menyelamatkan rakyat Mesir dari penindasan Gubernur Muqawqis pada 640 M di bawah komando Amr bin al-Ash.

Sejak saat itu, Islam terus berkembang di wilayah Afrika, tak terkecuali di Libya. Ada beberapa media penyebaran Islam di Afrika, di antaranya, ekspansi Dinasti Murabithun pada abad ke-10. Migrasi Muslim ke sejumlah wilayah Afrika juga turut berkontribusi dalam menyebarkan Islam di kawasan ini.

Kesuksesan tersebut mendorong perluasan wilayah ke negara bekas kekuasaan almarhum Muammar Qaddafi ini. Hingga saat ini, Islam masih sangat kuat dan menjadi mayoritas di ka wasan ini. Berikut bukti kekuasaan Islam di Libya:

cyrene
Warisan Yunani Kuno Cyrene

Kota yang juga dikenal dengan sebutan Shahat ini merupakan peninggalan Yunani. Berlokasi di timur laut Libya, kota ini dijadikan sebagai pusat peradaban Yunani di Libya. Dalam sejarah peradaban Arab, Kyrene, begitu sebutan oleh bangsa Yunani, konon termasuk ke dalam kategori 12 kota bersejarah tercantik di kawasan Arab. Kota ini disebut dalam Injil dan Taurat versi Arab.

ghadames-libya
Kota Perdagangan Ghadames

Kota yang terletak di sebelah barat daya Tripoli, ibu kota Libya, ini pernah dikuasai oleh Yunani dan Romawi. Ketika Islam datang, kota ini berhasil ditaklukkan di bawah komando Uqbah bin Nafi'. Kota ini pernah mencapai masa keemasannya di bawah pemerintahan Dinasti Ottoman pada abad ke-18. Ghadames menjadi pusat perdagangan dan jalur utama kafilah dagang di kawasan Afrika hingga akhirnya jatuh di tangan Italia pada 1924 M.

zuwailahlibya

Permukiman Tertua Zuwailah

Ini merupakan desa sekaligus kawasan tertua yang terletak di barat daya Libya. Daerah ini ditaklukkan oleh Uqbah bin Nafi' sekira 22 Hijriyah. Penaklukan kawasan ini menjadi kunci masuk ekspansi berikutnya, yakni ke wilayah Fazan. Sepanjang sejarah, Zuwailah memiliki hubungan dagang yang kuat dengan Mesir dan Sudan. Selama Dinasti Fatimiyah berkuasa, Khalifah Ubaidillah al-Mahdi menjadikan desa ini sebagai pusat pemukiman warganya.

 

(sumber:Republika edisi Minggu, 13 Maret 2016 Hal. 13 Oleh Nashih Nashrullah)

Post a Comment

 
Top