"Sesungguhnya orang-orang yang mendapatkan fitnah (cobaan) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar". (Q.S. Al Buruj : 10)

Abu Ubaidah bin Muhammad bin Ammar bin Yasir, ia berkata, "Kaum musyrik pernah menangkap Ammar. Mereka mau menghentikan penyiksaan terhadapnya sampai ia mau mencela Rasulullah saw dan menyebut baik sesembahan mereka. Ketika ia datang kepada Nabi, Beliau bertanya, "Apa yang terjadi atas dirimu kemarin?" Ia menjawab, "Keburukan, wahai Rasulullah. Demi Allah, aku tidak dilepaskan dari penyiksaan sampai aku mencelamu dan menyebut baik sesembahan mereka." Beliau bertanya, "Bagaimana hatimu?" Ia menjawab, "Tetap tentram dalam keimanan." Rasululluh saw bersabda, "Jika mereka melakukan hal yang sama, maka lakukan hal yang sama." (Siyar A'lamin Nubala 1/411. Hadita ini juga diriwayatkan oleh Hakim 2/357)

Dari Syu'bah dan Hisyam, dari Qatadah, dari Yunus bin Jubair, ia berkata, "Kami pernah mengantar Jundub, lalu aku berkata kepadanya, "Berilah nasihat kepada kami!" Beliau menjawab, "Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan agar kalian memperhatikan Al Qur'an (dengan membaca dan mengamalkannya), karena Al Qur'an adalah cahaya di malam yang gelap dan petunjuk di siang hari

Amalkanlah meskipun kamu kelelahan dan kesusahan. Jika ada cobaan, maka korbankanlah hartamu demi mempertahankan agamamu. Apabila cobaan semakin menjadi, maka korbankanlah harta dan jiwamu demi mempertahankan agamamu. Sesungguhnya yang hancur adalah orang yang hancur agamanya, yang dirampok adalah orang yang dirampok agamanya. Ketahuilah! Tidak ada kemiskinan lagi setelah masuk surga, dan tidak ada kekayaan setelah masuk neraka." (Siyar A'lamin Nubala 3/174)

Fitnah Pernyataan Al Qur'an adalah Makhluk

Hanbal berkata, "Aku pernah mendatangi Abu Abdillah (Imam Ahmad) dan Ibnu Ma'in ketika bersama Affan, setelah beliau dipanggil Ishaq bin Ibrahim untuk diuji. Affan adalah orang yang pertama diuji. Abu Abdillah ketika itu hadir dan kami bersamanya. Yahya berkata, "Ceritakanlah kepada kami apa yang dikatakan Ishaq kepadamu?" Ia menjawab, "Wahai Abu Zakariya, aku tidak mencoreng wajahmu dan wajah kawan-kawanmu. Aku tidak memenuhi ajakannya (untuk menyatakan Al Qur'an adalah makhluk)". Yahya bertanya, "Bagaimana ceritanya?" Ia menjawab, "Ishaq memanggilku dan membacakan kepadaku surat yang ditulis oleh Al Ma'mun dari Jazirah Arab. Ternyata isinya, "Ujilah Affan dan mintalah ia menyatakan Al Qur'an itu begini dan begitu. Jika ia menyatakan itu, maka biarkanlah ia seperti biasa. Tetapi jika ia tidak mau memenuhi ajakanmu seperti yang telah ku tulis kepadamu, maka putuskanlah subsidi yang biasa diberikan kepadanya." Ketika itu, Al Ma'mun biasa memberi subsidi untuk Affan 500 dirham setiap bulan. Seusai dibacakan surat itu kepadaku, Ishaq berkata, "Apa pendapatmu tentang Al Qur'an?" Maka aku membacakan kepadanya ayat "Qul huwallahu ahad," sampai selesai (Q.S. Al Ikhlas : 1-4), kemudian aku balik bertanya, "Apakah ini makhluk atau bukan?" Ishaq menjawab "Wahai syaikh! Sesungguhnya Amirul Mukmimin berkata, "Jika engkau tidak memenuhi permintaannya, maka ia akan memutuskan subsidinya kepadamu," maka aku menjawab, "Allah berfirman, Wa fis samaa rizqukum wamaa tuu'aduun, " (artinya: dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu, dan terdapat pula apa yang dijanjikan kepadamu. (Q.S. Adz. Dzariyat: 22) Maka Ishaq pun diam dan aku langsung pergi." Abu Abdillah dan Yahya pun senang mendengar pernyataan itu." (Siyar A'lamin Nubala 10/244).

Dari Haitsam bin Khalaf Ad Duriy, bahwa Muhammad bin Suwaid Ath Thahhan bercerita, "Kami pernah berada di dekat Ashim bin Ali. Ketika itu, kami bersama Abu Ubaid, Ibrahim bin Abi Laits, dan banyak lagi lainnya. Sedangkan Ahmad bin Hanbal disiksa. Maka Ashim berkata, "Adakah orang yang mau pergi bersamaku mendatangi orang ini (Imam Ahmad) dan mengajaknya berbicara?" Tidak ada seorang pun yang menjawab. Kemudian Ibn Abi Laits berkata, "Wahai Abul Husain, saya akan menemui anak-anak perempuanku dulu untuk memberi wasiat kepada mereka," kami mengira ia pergi untuk membeli kain kafan dan pengawet mayat, lalu ia datang dan berkata, "Aku baru menemui Anak-anakku, ternyata mereka menangis." Ada pula surat dari dua puteri Ashim dari Wasith yang isinya, "Wahai ayahanda, sesungguhnya telah sampai kabar kepada kami bahwa lelaki itu (Khalifah Al Ma'mun) menangkap Ahmad bin Hanbal dan menyiksanya agar mengatakan Al Qur'an adalah makhluk. Maka bertaqwalah kepada Allah dan jangan memenuhi ajakannya. Demi Allah, mendengar kabar kematianmu lebih kami sukai daripada kami mendengar engkau memenuhi permintaannya" (Khalifah Al Ma'mun)." (Syiar A'lamin Nubala 9/264)

Shalih bin Ahmad berkata, "Ayahku (Imam Ahmad) dan Muhammad bin Nuh digiring dari Baghdad dalam keadaan terikat. Kami pun pindah bersama mereka ke Anbar. Kemudian Abu Bakar Al Ahwal bertanya kepada ayahku, "Wahai Abu Abdillah, jika pedang dihadapkan kepadamu, apakah engkau mau memenuhi ajakannya?" Beliau menjawab, "Tidak." Lalu keduanya terus digiring. Aku mendengar ayahku berkata, "Kami pindah ke Rabbah (lapangan milik Malik bin Thauq yang terletak antara Baghdad dan Riqqah). Dari sana kami diberangkatkan lagi pada tengah malam. Tiba-tiba lewat di hadapan kami seorang laki-laki dan bertanya, "Siapa di antara kamu berdua yang bernama Ahmad bin Hanbal?" Ada yang menjawab, "Ini orangnya." Ia pun berkata kepada penuntun untanya, "Pelan-pelan." Kemudian ia berkata (kepada Imam Ahmad), "Wahai saudara! Tidak masalah engkau dibunuh di sini tetapi engkau masuk surga." Imam Ahmad berkata, "Aku titipkan engkau kepada Allah." Kemudian ia pergi. Aku pun bertanya tentang laki-laki itu. Ada yang mengabarkan, bahwa orang itu adalah orang Arab dari suku Rabi'ah yang biasa membuat wool di padang pasir namanya Jabir bin Amir. Ia dikenal sebagai orang baik." (Siyar A'lamin Nubala 11/241)

Hanbal berkata, "Abu Abdillah (Imam Ahmad) berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang yang begitu mudanya dan ilmunya pun tidak seberapa namun lebih konsekwen dengan hukum Allah dari pada Muhammad bin Nuh. Aku berharap hidupnya ditutup dengan kebaikan. Suatu ketika ia pernah berkata kepadaku, "Wahai Abu Abdillah! Bertakwalah kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya engkau tidak seperti diriku. Engkau adalah orang yang menjadi penutan. Manusia memperhatikan dirimu; melihat apa yang engkau lakukan. Bertakwalah kepada Allah dan tetaplah di atas perintah Allah." Atau ia mengucapkan kalimat seperti itu. Ia telah meninggal dunia lalu aku menyalatkannya dan menguburkannya. Seingatku Beliau berkata, "Peristiwa itu terjadi di 'Anah." (Siyar A'lamin Nubula 11/242). 'Anah adalah kota terkenal antara Riqqah dan dataran rendah dekat sungai Eufrat (Tigris). Di sana terdapat benteng yang kokoh). " Wallahu a'lam.

*disarikan dari kitab Aina Nahnu min Akhlaqis salaf

(Sumber: Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.48 Thn.XLIV, 25 Shafar 1438 H/ 25 November 2016 M Oleh Oleh Marwan Hadidi, M.Pd.I

Post a Comment

 
Top