"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya". (Q.S. Ali Imran : 185)
Semua makhluk punya suratan ajal, walikulli ummatin ajal. Ajal adalah konsep waktu, kesempatan dan tebusan. Ajal sendiri artinya (a) Muddatus-syai', batas sesuatu. "kullu nafsin dza'iqatul maut", (Q.S. Ali Imran : 185). (b) Intiha'us-syai', waktu penghabisan. "Fa'idza ja'a ajaluhum la yasta'khiruna sa'ah wala yastaqdimun, (Q.S. Al-A'raf : 34)." (c) Al-Ihtidhar, masa tunggu sekian menit di depan kematian. (Q.S. Al Mukminun : 99).
Dua Jenis Ajal
(1) Ajal Qadha'i. Ajal Umum. Ajal Kauni (2) Ajal Ikhtiyari. Ajal Khusus. Ajal Syar'i. Ada juga yang membaginya dengan istilah (1) ajal pakem: ajal Mutsbit- ajal Muthlaq-ajal Mubram (tidak berubah) (2) ajal tentatif: ajal Muqayyad-ajal Mu'allaq (bisa berubah). Menghadapi dua ajal ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan do'a: "Allahumma 'afiniy qudratik, wa adkhilniy fiy rahmatik, waqdhi ajaliy fiy tha'atik, wakhtim liy bi khairi 'amalin, waj'al tsawabahul-jannah." Ya Allah selamatkanlah aku dalam kuasa-Mu, masukkan aku dalam rahmat-Mu, cabut ajalku dalam ketaatan pada-Mu, cabut ajalku dalam ketaatan pada-Mu, tutuplah usiaku dengan sebaik amal, dan jadikanlah syurga sebagai balasan terbaik." (H.R. Imam Ibnu Asakir, Al-Fathul Kabir /2509).
Kaidah Seputar Ajal dan Rezeki
Pertama, Ajal dan rezeki sepenuhnya di tangan Allah, annal-ajal wal-arzaq biyadillahi wahdah. Ali bin Abu Thalib rahimahulullah mengatakan: "Rezeki itu ada dua; rezeki yang mendatangimu (karunia Allah) dan rezeki yang kau cari (keadilan Allah). Para hukama' menyimpulkan, annal birra yazidu firrizqi: kebaikan bisa menambah rezeki, seperti (1) Qiyamul Lail (2) Istighfar (3) Sedekah (4) Doa. Siapa tertimpa kesusahan, lalu mengeluhkannya kepada manusia, maka kesusahannya tidak akan tertutupi. Siapa tertimpa kesusahan hanya mengeluhkannya kepada Allah, pasti Allah memberinya rizki, cepat atau lambat." (H.R. Imam Tirmidzi, Abu Dawud & Hakim).
Rezeki itu diikhtiarkan sedang ajal diyakinkan. Manusia melangkah menyusuri ajalnya, hingga pada etapenya yang terakhir bernama ihtidhar, yaitu masa tunggu empat ambang sakaratul maut, tulis Syekh Muhammad Rawwas Qal'ah Jiey (1934-2014) dalam Mausu'ah Fiqhiyahnya.
Kedua, Ajal dan rezeki sudah ada suratan dan jatahnya, annal-ajal wal-arzaq maktubah wa mahsubah. Di 40 hari pertama, kedua dan ketiga: empat suratan manusia sudah ditulis: rezeki, jodoh, nasib dan ajalnya. Ajal adalah suratan yang terakhir ditulis dan terakhir diambil Allah `azza wa jalla pakai sarana 'ari-ari' untuk mengalirkan rezeki manusia sewaktu di rahim ibu. Awalnya berwarna darah, dan ketika keluar sampai usia dua tahun diganti dengan susu berwarna putih bersih. Jasa seorang ibu sungguh besar dalam fase itu. "Nahnu narzuquhum wa iyyakum. (Q.S. Al-Isra 31)." Di Al-An'am : 51 diulang dengan kata ganti berbeda "nahnu narzuqukum wa'iyyahum." Riwayat Ibnu Mas'ud rahimahulullah : "Malaikat menuliskan semuanya di shahifah mereka dengan pena. fala yuzadu fi amrin wala yunqasin: catatannya pas, tak ada yang ditambah atau dikurangi barang sedikitpun." (H.R. Muslim/7645)
Ada rezeki yang ditahan (Q.S. Al Mulk : 21), rezeki yang disempitkan atau dilapangkan (Q.S. Asy Syura: 12). Ada rezeki yang Allah lipat-gandakan gantinya (Q.S. Saba' : 39). Semuanya dalam kuasa Allah `azza wa jalla (Q.S. Ar Ruum : 37).
Ketiga, Pergunakan keduanya sesuai amanah. Hidup adalah amanah. Amanah sebagai makhluk mukallaf yaitu mengemban agama (aradhnal-amanah, Q.S. Al-Ahzab : 72) setelah langit, bumi dan gunung tidak menyanggupinya. Amanah mengemban tith syariat warisan para Nabi dan Rasul, (Q.S. As-Syura : 11).
Amanah kekhalifahan, (Q.S. Al-Baqarah : 30), dengan penegakan nilai-nilai tauhid dan risalah kenabian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, (Q.S. An-Nur : 55). Amanah sebagai ra'in dan ra'iyah: pemimpin dan yang dipimpin. Atau sering disebut qiyadah wal-jundiyah: sami'nawa atha'na wattaba'na. "Amanah dimaksud meliputi tugas dan kewajiban agama secara totalitas menurut keterangan yang kuat dan pendapat mayoritas dari kalangan Jumhur," ulam Imam Qurthubi rahimahulah dalam Tafsir al-Jami' Li Ahkamil Qur'an (Juz 14:255).
Keempat, Pentingnya mencari usaha terbaik dan menjunjung tinggi adab dalam mencari penghidupan duniawi ukhrawi. Adab; ciri utama manusia, beda manusia dengan binatang adalah soal adab. Maka di antara adab dalam mencari rezeki adalah:
(a) Malu. Terutama malu kepada Allah untuk tidak mengisi kepada dengan ilmu yang tidak bermanfaat. Malu; mengisi perut dengan benda haram. Malu untuk mengambil harta yang bukan haknya. Malu menipu, malu berlaku curang, mengkhianati amanah, malu makan harta haram, malu menjadi budak dinar dan dirham, malu jadi budak nafsu dan seterusnya.
(b) 'Adamul-isti'jal : tidak tergesa-gesa, karena rezeki itu ada yang mengatur dan mempergulirkannya." Tergesa-gesa bukan sifat orang mu'min, melainkan sifat syetan, ciri orang yang tidak matang, bagian dari kecerobohan dan tanda orang yang tidak punya perhitungan, seperti hamba yang tidak percara terhadap Allah sebagai Ar-Razzaq, sebagai khairu'rraziqin. Orang yang ingin cepat-cepat kaya, bisa main dukun, bisa menghalakan segala cara. Pedagang yang cepat-cepat mau kaya; parti mengurangi timbangan dan sukatan, bakhil dan enggan bersedekah. Mental pejabat yang isti'jal, pasti akan curang, memperkaya diri sendiri dan melakukan tindakan kedzaliman. Tergesa-gesa membuat orang tidak pandai bersyukur dan tidak betah menahan sabar, dan celakanya dua penyakit ini sudah menjadi trend masyarakat industri yang maunya serba praktis dan instan.
Kelima, Manusia mati saat rezekinya sudah Allah sempurnakan. Ayat terakhir berbunyi "wa atmamtu 'alaykum ni'atiy, (Q.S. Al-Maidah : 3). Umar bin Khattab rahimahulullah menafsirkan, jika nikmat sudah Allah sempurnakan, maka tugas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah selesai. 89 hari setelah itu Rasulullah wafat. Maka kematian dari sudut ini adalah tanda tuntasnya tugas hidup. Kematian adalah rehat dari tugas. Kalau baik namanya, mustarih: kematian yang nyaman (husnul khatimah). Kalau kesudahannya buruk, namanya kematian mustarah minhu, orang yang diistirahatkan (su'ul-khatimah).
"Wahai manusia, bertaqwalah kepada Allah dan carilah penghidupan dengan baik, karena tidaklah jiwa itu menemui kematiannya, sehingga rezekinya dipenuhi meskipun tersendat-sendat, karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan carilah penghidupan dunia yang baik. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (H.R. Thabrani)
Keenam, Jalan-jalan rezeki, ada yang dipercepat dan ada yang tersendat-sendat. Mengikuti air hujan yang turun dari langit dari gerimis dulu baru deras. Di antara kunci-kunci rezeki adalah :
1. Iqamat Huquqillaah, menunaikan hak-hak allah;
2. Al-Infaq Li thalibil ilmi; berinfaq pada para penuntut ilmu. Ada dua orang lelaki bersaudara di zaman Nabi, salah satunya datang kepada Nabi (untuk menuntut ilmu) dan yang satunya lagi bekerja. Saudaranya yang bekerja mengadukan perihal saudaranya kepada Nabi, beliau menjawab: "Bisa jadi kamu diberi rizki karena dia." (H.R. Tirmidzi,)
3. Para Mujahidin, pejuang agama, penegak tauhid dan sunnah. "Allah akan menjamin bagi siapa yang berjihad (berjuang) di jalan-Nya. Ia tidak keluar dari rumahnya kecuali untuk berjuang di jalan-Nya. Allah menjamin orang itu masuk surga atau kembali ke rumahnya dengan membawa seseuatu yang ia dapat berupa pahala dan ghanimah (rampasan perang, 4/5 bagian). " (H.R. Bukhari dan Muslim)
4. al-Ihsan bi ad-dhu'afa 'ikum: berbuat baik pada kaum dhu'afa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (doa) orang-orang yang lemah diantara kalian". (H.R. Bukhari)
Ummat ini akan Allah tolong lewat perantaraan orang lemah dengan doa, sholat dan keikhlasan mereka". Shahih Bukhari (Juz 6 : 65). Wallahu A'lam
(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.42 Thn.XLIV, 30 Muharram 1439 H/ 20 Oktober 2017 M Oleh Abu Taw Jieh Rabbanie)
Semua makhluk punya suratan ajal, walikulli ummatin ajal. Ajal adalah konsep waktu, kesempatan dan tebusan. Ajal sendiri artinya (a) Muddatus-syai', batas sesuatu. "kullu nafsin dza'iqatul maut", (Q.S. Ali Imran : 185). (b) Intiha'us-syai', waktu penghabisan. "Fa'idza ja'a ajaluhum la yasta'khiruna sa'ah wala yastaqdimun, (Q.S. Al-A'raf : 34)." (c) Al-Ihtidhar, masa tunggu sekian menit di depan kematian. (Q.S. Al Mukminun : 99).
Dua Jenis Ajal
(1) Ajal Qadha'i. Ajal Umum. Ajal Kauni (2) Ajal Ikhtiyari. Ajal Khusus. Ajal Syar'i. Ada juga yang membaginya dengan istilah (1) ajal pakem: ajal Mutsbit- ajal Muthlaq-ajal Mubram (tidak berubah) (2) ajal tentatif: ajal Muqayyad-ajal Mu'allaq (bisa berubah). Menghadapi dua ajal ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan do'a: "Allahumma 'afiniy qudratik, wa adkhilniy fiy rahmatik, waqdhi ajaliy fiy tha'atik, wakhtim liy bi khairi 'amalin, waj'al tsawabahul-jannah." Ya Allah selamatkanlah aku dalam kuasa-Mu, masukkan aku dalam rahmat-Mu, cabut ajalku dalam ketaatan pada-Mu, cabut ajalku dalam ketaatan pada-Mu, tutuplah usiaku dengan sebaik amal, dan jadikanlah syurga sebagai balasan terbaik." (H.R. Imam Ibnu Asakir, Al-Fathul Kabir /2509).
Kaidah Seputar Ajal dan Rezeki
Pertama, Ajal dan rezeki sepenuhnya di tangan Allah, annal-ajal wal-arzaq biyadillahi wahdah. Ali bin Abu Thalib rahimahulullah mengatakan: "Rezeki itu ada dua; rezeki yang mendatangimu (karunia Allah) dan rezeki yang kau cari (keadilan Allah). Para hukama' menyimpulkan, annal birra yazidu firrizqi: kebaikan bisa menambah rezeki, seperti (1) Qiyamul Lail (2) Istighfar (3) Sedekah (4) Doa. Siapa tertimpa kesusahan, lalu mengeluhkannya kepada manusia, maka kesusahannya tidak akan tertutupi. Siapa tertimpa kesusahan hanya mengeluhkannya kepada Allah, pasti Allah memberinya rizki, cepat atau lambat." (H.R. Imam Tirmidzi, Abu Dawud & Hakim).
Rezeki itu diikhtiarkan sedang ajal diyakinkan. Manusia melangkah menyusuri ajalnya, hingga pada etapenya yang terakhir bernama ihtidhar, yaitu masa tunggu empat ambang sakaratul maut, tulis Syekh Muhammad Rawwas Qal'ah Jiey (1934-2014) dalam Mausu'ah Fiqhiyahnya.
Kedua, Ajal dan rezeki sudah ada suratan dan jatahnya, annal-ajal wal-arzaq maktubah wa mahsubah. Di 40 hari pertama, kedua dan ketiga: empat suratan manusia sudah ditulis: rezeki, jodoh, nasib dan ajalnya. Ajal adalah suratan yang terakhir ditulis dan terakhir diambil Allah `azza wa jalla pakai sarana 'ari-ari' untuk mengalirkan rezeki manusia sewaktu di rahim ibu. Awalnya berwarna darah, dan ketika keluar sampai usia dua tahun diganti dengan susu berwarna putih bersih. Jasa seorang ibu sungguh besar dalam fase itu. "Nahnu narzuquhum wa iyyakum. (Q.S. Al-Isra 31)." Di Al-An'am : 51 diulang dengan kata ganti berbeda "nahnu narzuqukum wa'iyyahum." Riwayat Ibnu Mas'ud rahimahulullah : "Malaikat menuliskan semuanya di shahifah mereka dengan pena. fala yuzadu fi amrin wala yunqasin: catatannya pas, tak ada yang ditambah atau dikurangi barang sedikitpun." (H.R. Muslim/7645)
Ada rezeki yang ditahan (Q.S. Al Mulk : 21), rezeki yang disempitkan atau dilapangkan (Q.S. Asy Syura: 12). Ada rezeki yang Allah lipat-gandakan gantinya (Q.S. Saba' : 39). Semuanya dalam kuasa Allah `azza wa jalla (Q.S. Ar Ruum : 37).
Ketiga, Pergunakan keduanya sesuai amanah. Hidup adalah amanah. Amanah sebagai makhluk mukallaf yaitu mengemban agama (aradhnal-amanah, Q.S. Al-Ahzab : 72) setelah langit, bumi dan gunung tidak menyanggupinya. Amanah mengemban tith syariat warisan para Nabi dan Rasul, (Q.S. As-Syura : 11).
Amanah kekhalifahan, (Q.S. Al-Baqarah : 30), dengan penegakan nilai-nilai tauhid dan risalah kenabian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, (Q.S. An-Nur : 55). Amanah sebagai ra'in dan ra'iyah: pemimpin dan yang dipimpin. Atau sering disebut qiyadah wal-jundiyah: sami'nawa atha'na wattaba'na. "Amanah dimaksud meliputi tugas dan kewajiban agama secara totalitas menurut keterangan yang kuat dan pendapat mayoritas dari kalangan Jumhur," ulam Imam Qurthubi rahimahulah dalam Tafsir al-Jami' Li Ahkamil Qur'an (Juz 14:255).
Keempat, Pentingnya mencari usaha terbaik dan menjunjung tinggi adab dalam mencari penghidupan duniawi ukhrawi. Adab; ciri utama manusia, beda manusia dengan binatang adalah soal adab. Maka di antara adab dalam mencari rezeki adalah:
(a) Malu. Terutama malu kepada Allah untuk tidak mengisi kepada dengan ilmu yang tidak bermanfaat. Malu; mengisi perut dengan benda haram. Malu untuk mengambil harta yang bukan haknya. Malu menipu, malu berlaku curang, mengkhianati amanah, malu makan harta haram, malu menjadi budak dinar dan dirham, malu jadi budak nafsu dan seterusnya.
(b) 'Adamul-isti'jal : tidak tergesa-gesa, karena rezeki itu ada yang mengatur dan mempergulirkannya." Tergesa-gesa bukan sifat orang mu'min, melainkan sifat syetan, ciri orang yang tidak matang, bagian dari kecerobohan dan tanda orang yang tidak punya perhitungan, seperti hamba yang tidak percara terhadap Allah sebagai Ar-Razzaq, sebagai khairu'rraziqin. Orang yang ingin cepat-cepat kaya, bisa main dukun, bisa menghalakan segala cara. Pedagang yang cepat-cepat mau kaya; parti mengurangi timbangan dan sukatan, bakhil dan enggan bersedekah. Mental pejabat yang isti'jal, pasti akan curang, memperkaya diri sendiri dan melakukan tindakan kedzaliman. Tergesa-gesa membuat orang tidak pandai bersyukur dan tidak betah menahan sabar, dan celakanya dua penyakit ini sudah menjadi trend masyarakat industri yang maunya serba praktis dan instan.
Kelima, Manusia mati saat rezekinya sudah Allah sempurnakan. Ayat terakhir berbunyi "wa atmamtu 'alaykum ni'atiy, (Q.S. Al-Maidah : 3). Umar bin Khattab rahimahulullah menafsirkan, jika nikmat sudah Allah sempurnakan, maka tugas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sudah selesai. 89 hari setelah itu Rasulullah wafat. Maka kematian dari sudut ini adalah tanda tuntasnya tugas hidup. Kematian adalah rehat dari tugas. Kalau baik namanya, mustarih: kematian yang nyaman (husnul khatimah). Kalau kesudahannya buruk, namanya kematian mustarah minhu, orang yang diistirahatkan (su'ul-khatimah).
"Wahai manusia, bertaqwalah kepada Allah dan carilah penghidupan dengan baik, karena tidaklah jiwa itu menemui kematiannya, sehingga rezekinya dipenuhi meskipun tersendat-sendat, karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan carilah penghidupan dunia yang baik. Ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram." (H.R. Thabrani)
Keenam, Jalan-jalan rezeki, ada yang dipercepat dan ada yang tersendat-sendat. Mengikuti air hujan yang turun dari langit dari gerimis dulu baru deras. Di antara kunci-kunci rezeki adalah :
1. Iqamat Huquqillaah, menunaikan hak-hak allah;
2. Al-Infaq Li thalibil ilmi; berinfaq pada para penuntut ilmu. Ada dua orang lelaki bersaudara di zaman Nabi, salah satunya datang kepada Nabi (untuk menuntut ilmu) dan yang satunya lagi bekerja. Saudaranya yang bekerja mengadukan perihal saudaranya kepada Nabi, beliau menjawab: "Bisa jadi kamu diberi rizki karena dia." (H.R. Tirmidzi,)
3. Para Mujahidin, pejuang agama, penegak tauhid dan sunnah. "Allah akan menjamin bagi siapa yang berjihad (berjuang) di jalan-Nya. Ia tidak keluar dari rumahnya kecuali untuk berjuang di jalan-Nya. Allah menjamin orang itu masuk surga atau kembali ke rumahnya dengan membawa seseuatu yang ia dapat berupa pahala dan ghanimah (rampasan perang, 4/5 bagian). " (H.R. Bukhari dan Muslim)
4. al-Ihsan bi ad-dhu'afa 'ikum: berbuat baik pada kaum dhu'afa. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah kalian ditolong dan diberi rezeki melainkan karena adanya (doa) orang-orang yang lemah diantara kalian". (H.R. Bukhari)
Ummat ini akan Allah tolong lewat perantaraan orang lemah dengan doa, sholat dan keikhlasan mereka". Shahih Bukhari (Juz 6 : 65). Wallahu A'lam
(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.42 Thn.XLIV, 30 Muharram 1439 H/ 20 Oktober 2017 M Oleh Abu Taw Jieh Rabbanie)
Post a Comment