Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir". (Q.S. Al-Ma'arij : 19-21)

Dahulu kala, ada tiga orang dari Bani Israel yang diberi ujian oleh Allah dengan penyakit yang berbeda. Yang seorang ditimpa penyakit kulit sehingga seluruh kulit tubuhnya belang-belang dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan rupa yang menjijikan. Yang seorang lagi ditimpa penyakit di kepalanya, rambutnya rontok dan kepalanya botak, sehingga ia nampak buruk rupa dan menjijikan. Sedang yang terakhir ditimpa penyakit di matanya sehingga ia menderita kebutaan total.

Allah ...  berkehendak mengganti ujian kepada ketiga orang tersebut. Kemudian Allah mengutus Malaikat yang menjelma seperti seorang manusia. Malaikat mendatangi orang yang pertama. Ia berkata kepadanya, "Apa nikmat yang paling kamu inginkan?". Orang itu menjawab, "Saya ingin sembuh dari penyakit kulit ini sehingga mempunyai tubuh yang sehat dan normal sehingga orang-orang tidak merasa jijik bergaul dengan saya!". Kemudian Malaikat mengusap kulit orang tersebut dan mendoakan kesembuhan, sehingga tidak lama orang itupun sembuh.

Kemudian Malaikat bertanya kepada orang itu, "Kalau kamu diberi harta, apa yang paling kamu sukai?". Orang itu mengatakan, "Saya suka berternak onta!". Kemudian Malaikat memberinya seekor yang sedang bunting. Lalu Malaikat itu mendatangi orang yang kedua. Ia berkata seperti kepada orang yang pertama. Setelah menyembuhkannya, Malaikat itu memberinya seekor sapi yang sedang bunting dan mendoakannya agar diberi keberkahan. Kemudian Malaikat itupun mendatangi orang ketiga. Setelah mendoakan kesembuhan, Malaikat itupun memberinya seekor domba yang sedang bunting.

Setelah bertahun-tahun ketiga orang tersebut menjadi orang yang sehat dan kuat serta menjadi orang-orang yang kaya raya. Kemudian Allah mengutus kembali mendatangi mereka. Malaikat mendatangi orang pertama dalam wujud seorang musafir miskin yang berpenyakit kulit menjijikan dan terlunta lunta di perjalanan. Ia memelas-melas meminta bantuan, tetapi orang itu dengan kikirnya menolak memberi bantuan dan dengan halus mengusir orang tersebut. Malaikat itupun berkata, "Rasanya saya mengenal tuan, bukankah tuan dulu orang miskin dan sakit seperti saya?". Orang itu dengan sombong menjawab, "Tidak, saya orang yang sehat kuat sejak kecil dan saya kaya raya sejak muda karena warisan orang tua saya!". Malaikat itu berkata, "Kalau kamu berbohong, semoga Allah mengembalikan kamu kepada keadaan semula!".

Setelah Malaikat itu pergi, orang itupun mulai terjangkit penyakit lagi. Semakin lama sakitnya semakin parah, sehingga hartanya habis dipakai biaya pengobatannya. Maka ia pun kembali menjadi orang yang miskin dan sakit yang menjijikan sehingga semua orang menjauhinya.

Kemudian Malaikat mendatangi orang kedua menyamar sebagai seorang musafir miskin yang berpenyakit di kepalanya. Ia memelas-melas meminta bantuan. Tetapi orang kedua ini seperti orang pertama, ia menjadi orang yang lupa diri, kikir dan sombong. Malaikatpun menyumpahinya agar ia kembali pada keadaan semula. Sehingga orang itupun kemali menderita sakit, seluruh harta bendanya habis, dan seluruh orang menjauhinya.

Setelah itu Malaikat mendatangi orang ketiga dengan rupa seorang musafir miskin yang buta tersesat di perjalanan. Malaikat itu memelas meminta bantuannya. Orang tersebut menyambutnya dengan ramah, dibawanya ia ke dalam rumah dan ditanya apa keperluannya. Kemudian ia mengatakan, "Semua kekayaan yang saya miliki adalah rizki dari Allah. Saya juga dulu seperti kamu, sakit dan miskin. Kemudian Allah memberi saya karunia yang banyak. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dari harta saya sesukamu sehingga kamu merasa kecukupan dan bisa kembali ke kampung halamanmu!". Malaikat itupun mengatakan, "Tahanlah hartamu, semoga Allah terus memberkahimu. Sesungguhnya aku hanyalah Malaikat Allah untuk menguji kamu bertiga, tetapi dua kawanmu telah menjadi orang yang ingkar terhadap nikmat Allah".

Kisah nyata yang dituturkan oleh Rasul kita di atas sudah pasti mengandung banyak pelajaran bagi kita. Setidaknya ada empat hal yang cukup penting dipetik pelajarannnya:

Pertama, Bahwa Nabi Muhammad ... disamping beliau sebagai seorang Rasul, kepala negara, panglima perang, kepala rumah tangga, beliau juga adalah figur seorang guru pendidik sejati yang kaya dengan metode mengajar. Di antara metode mengajar yang dilakukan Rasulullah adalah bercerita. Cerita yang disampaikan Nabi memang bukan sembarang cerita, tetapi cerita yang diambil dari kisah nyata umat terdahulu.

Diantara keistimewaan metode mengajar dengan bercerita adalah cara yang paling disukai semua kalangan usia. Dengan metode cerita atau berkisah juga seseorang tidak merasa sedang digurui atau didikte secara paksa oleh seorang guru. Oleh sebab itulah Al-Qur'an dipenuhi dengan ayat-ayat kisah nyata dari umat-umat terdahulu. Al-Qur'an juga menegaskan bahwa dalam kisah-kisah itu ada pelajaran yang sangat berharga atau 'ibrah yang mendalam dan luas.

Kedua, Kisah pada hadits di atas mengajarkan kepada kita bahwa orang-orang yang diuji dengan ujian kesenangan dan kekayaan lebih banyak yang gagal dibanding dengan ujian penderitaan. Hal ini digambarkan dalam kisah di atas bahwa ketika tiga orang tersebut diuji dengan penyakit langka yang menyebabkan mereka terisolir dari pergaulan dengan masyarakat mereka mampu menjalani dengan sabar dan tetap dalam ketaatan kepada Allah. Tetapi ketika mereka diberi kesembuhan kemudian dilengkapi kenikmatan kepada mereka dengan kekayaan yang melimpah - ruah, ternyata hanya satu orang dari mereka yang mampu tetap istiqamah dalam ketaatan. Artinya bahwa hanya sepertiga dari orang beriman yang mampu tabah dan sabar dalam penderitaan sekaligus syukur disaat diuji dengan kenikmatan dan kesenangan. Seperti yang dikatan Al-Quran, "Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang benar-benar bersyukur". (Q.S. Saba : 13)

Dengan demikian kisah di atas memperingatkan kita agar waspada dari cobaan kesenangan dan kekayaan jangan sampai menjadi orang-orang pelupa akan nikmat Allah sehingga nikmat itu berubah kembali menjadi malapetaka.

Ketiga, Kisah di atas mengingatkan kita bahwa sebagai manusia kita sering berfikir sempit. Ketika ditimpa penyakit seakan semua kenikmatan telah hilang dan menyadari bahwa betapa berhargnya nikmat kesehatan sehingga lupa akan nikmat-nikmat yang lain. Maka ketika orang sakit ditanya nikmat apa yang paling diinginkan pastilah jawabannya nikmat sehat. Tetapi ketika kita berada dalam keadaan sehat wal afiat seringkali nikmat tersebut disepelekan bahkan disia-siakan, tidak dijaga dan dipergunakan sebaik-baiknya. Begitu pula jika diberi kenikmatan yang lain kita melupakan nikmat itu datang dari Allah dan seakan-akan semata-mata datang karena kepandaian dan keberuntungan diri kita sendiri, tetapi ketika ditimpa malapetaka, jadilah kita orang-orang yang berkeluh kesah dan putus harapan. Seperti yang digambarkan Al-Qur'an, "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimbpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir". (Q.S. Al-Ma'arij : 19-21)

Keempat, Kisah dari hadits di atas mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak perlu apriori dan tidak juga antipati terhadap pelajaran yang datang dari manapun selama itu memberi kebaikan dan manfaat keteladanan bagi umat Islam. Karena itu Nabi tidak segan-segan menceritakan kepada kita kisah umat terdahulu sekalipun itu dari kalangan Bani Israil yang terkenal sebagai umat pembangkang dan penyeleweng. Tetapi selama untuk kita ambil pelajaran positifnya tidak mengapat kita mempelajari kisah-kisah mereka.

Semoga Allah melindungi kita semua dari berburuk sangka kepada sesama saudara dan dari sikap sombong yang tersembunyi yaitu merasa diri paling suci di sisi Allah. Wallahul musta'an.

Dr. H. Jeje Zainuddin

Post a Comment

 
Top