"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik. Maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang lebih banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kalian dikembalikan." (Q.S. Al Baqarah : 245)

Ayat ini dimulai question word, "manistifhamiyah," mandzalladziy yuqridhullah: siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah. Menurut Ilmu Balaghah; gaya istifhamiyah bagian dari strategi balaghatul Qur'an untuk: memikat, mengundang sekaligus mensirep munculnya para pesedekah ke permukaan. Memikat, jurus jitu taklukkan hati. Memikat punya daya sirepnya tersendiri. Semacam ovulasi "birahi kesalehan".

Al-Quran punya skenarionya tersendiri untuk mendongkrak perolehan sedekah. Sebuah tawaran spektakuler dengan lompatan pahala (Q.S. al-Hadid: 18), pemutihan dosa, dan jaminan masuk surga (Q.S. al-Maidah: 12). Visi terbesar hidup manusia, ada di sini. Anda menunggu apa lagi?

Rasulullah menggunakan aba-aba memikat dalam Perang Badar Kubra, "Berdirilah kalian, miliki surga yang luasnya melibihi langit dan bumi." Sejumlah Sahabat sontak berdiri tegap, siap menunggu komando.

Umar bin Hummam al-Anshari dari suku Khazraj terkesima: "bakh-bakh: beruntungnya-beruntungnya," bibir Umair gemetar melafalkan ucapannya. "Apa yang ada dipikiranmu di balik ucapan itu," telisik Nabi kepada Umair. "Aku berharap semoga aku jadi penghuninya," Jawab Umair. Spontan Nabi cetuskan, "Kau termasuk di antaranya." Umair bin Hammam sahabat Anshar pertama kali syahid dalam peperangan ini, tulis Imam Ibnu Katsir.

Timbangan nasi komando sedekah "mandzalladziy yuqridhullah qardhan hasanan", bermuara sama dengan kisah di atas; yaitu anugerah surga seluas langit dan bumi. Keduanya bersekutu dalam janji pahala, dipertemukan oleh hadits "man jahhaza ghaziyan fi sabilillah faqad ghaza: siapa yang menyiapkan bekal para pejuang Sabilillah, hitungan pahalanya seperti pahala perang," papar Imam Bukhari dalam al-Jami us-Shahihnya No. 2843.

Para Mufassirin menegaskan, ayat qardhan-hasanan turun untuk memompa semangat infak para Sahabat kaitannya dengan agenda jihad dan perang. Perjuangan memang membutuhkan kas besar. Ayat qardhan hasanan turun untuk menghimpun dana jihad: jihad fisik, jihad ilmu, jihad ekonomi, jihad peradaban. Sepakat para ahlul-ilmi, "qardhulhasan lebih utama daripada sedekah." Pahala minimum sedekah: 10 kali lipat, sedang pahala minimum qardhulhasan: 18 kali lipat, tulis Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.

Mengapa sedekah disebut Qardhul Hasan?
Alim Irak Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H/ 1201 M) menjawabnya sebagai berikut: Pertama, dari sisi niatnya, karena dilakukan dengan ikhlas lillahi ta'ala, semikian pendapat Imam Dhahhak. Kedua, dari sisi empati, qaedhan hasanan dikeluarkan dengan semangat kepedulian yang tinggi, kata Imam Muqatil. Ketiga, dari sisi sumber, karena diambil dari sumber yang halal. Ini dari Imam Ibnul Mubarak rahimahumullahu jami'an. Keempat, dari sisi maksud dan tujuan, tiada lain tuuannya kecuali hanya mengharapkan balasan dari Allah `azza wa jalla. Kelima, dari sisi kaifiyatnya, sedekah itu tidak disertai perasaan riya' dan sikap meremehkan; bil-manni waladza. Keenam, dari sisi barang yang disedekahkan, ia mengeluarkannya dari harta terbaik, khiyarul-mal.

Asbab Nuzul
Ketika surat Al-Baqarah ayat 261 turun tentang balasan pahala sedekah (1:700, satu banding tujuh ratus), Nabi berdoa "rabbi zid ummatiy, wahai Rabbku tambahilah untuk ummatku". Maka turunlah surat al-Baqarah ayat 245 tentang pelipat gandaan pahala memberikan pinjaman kepada Allah `azza wa jalla. Nabi kembali berdoa "rabbi zid ummatiy". Maka turun surah az-Zumar ayat 10, menegaskan tingkat pahala sedekah yang tidak berbatas, "unlimiitedly", setara pahala besar.

"Ya Rasulullah, benarkah Allah `azza wa jalla menginginkan pinjaman dari kami?" tanya Abu Dahdah ketika mendengar al-Baqarah ayat 245 ini turun. Jawab Nabi : "iya wahai Abu Dahdah." julurkanlah tanganmu!", pinta Abu Dahdah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjulurkan tangannya." Abu Dahdah berikrar: "aku pinjamkan kebunku untuk Rabbku, dengan  600 pohon kurma di dalamnya. Padahal hasil kurma itu untuk nafkah Ummu Dahdah dan anak-anaknya.

Ibnu Mas'ud menceritakan: "Ummu Dahdah sedang berada di kebun." Ya Umma Dahdah, Wahai Ummu Dahdah keluarlah dari kebun kita. Aku telah menjualnya dengan kebun surga," demikian Imam Ibnu Abi Hatim.

Sumber lain dari Tsabit Al-Bunnani dari Anas bin Malik melaporkan latar belakang kisah ini. Kebun Abu Lubabah bin Abdul Mudzir dari Bani Umayyah bin Zaid, suku Aus, dipinjam dan ditanami pohon kurma yang tumbuh di kebun yang aku tinggali. Perintahkan ia agar memberikannya padaku. Aku ingin bertempat tinggal di kebunku itu lagi." "Berikan saja pohonnya, dan bagimu pohon kurma di surga," titah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Pemilik kebun menolaknya. Mendengar hal ini Abu Dahdah mendatangi pemilik pohon, "tukarlah pohon kurmamu dengan kebunku". Abu Lubabah baru menyanggupinya.

Abu Dahdah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam "Wahai Rasulullah, aku sudah tukar pohon kurmanya dengan kebunku." "Sekarang berikan pohon kurmamu padanya. Allah telah memberikan pohon kurma syurga untukmu," Rasulullah kemudian bersabda. "Betapa banyak pohon kurma yang Abu Dahdah nikmati di surga kelak." Rasulullah mengucapkannya berulang kali. Anas berkata, "Abu Dahdah mendatangi istrinya, "wahai Ummu Dahdah lihatlah kebun kita. Aku telah menukarnya dengan pohon kurma di surga. "Benar-benar niaga yang menguntungkan", jawab Ummu Dahdah.

Berbeda dengan sikap Abu Dahdah dan istrinya. Kaum Yahudi, ketika surat al-Baqarah ayat 245 ini turun. Mereka menukas: "Wahai Muhammad, ternyata Rabbmu itu miskin sehingga ia perlu pinjaman atas hamba-Nya." Berkata Ibnu Abbas : atas ucapan Yahudi ini turunlah surah Ali Imran ayat  181, "Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." (Q.S. Ali Imran : 181)

Kebun Abu Dahdah menjadi kisah masyhur di kalangan Sahabat. Kenekatannya menukar kebunnya plus 700 pohon kurma siap panen menjadi sorotan menarik. Imam Abu Nu'aim dalam "Ma'rifatus Shahabah" menyebut kisah ini dengan "orang yang menukar kebunnya dengan kebun di surga."

Perbincangan terkait kebun surga Abu Dahdah di kalangan Sahabat mengemuka di hari syahidnya setelah perang Uhud, Syawal 3 H. Abu Dahdah terluka parah oleh tombak. Khalid bin Walid. Jenazahnya diimami langsung oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam perjalanan pulang usai menyolati jenazah Abu Dahdah, Jabir bin Samurah rahimahulullah keponakan Saad bin Abi Waqqash sepajang jalan berkata: "Betapa banyak tangkai-tangkai kurma yang mengantung di dalam surga  untuk Abu Dahdah." Shahih Muslim (965).

Great Sedekah
Menempatkan sedekah sebagai qardhul hasan, bagian dari rencana strategis al-Qur'an mendongkrak perolehan sedekah, tulis Prof. Dr. Muhammad Ratib Nabulsi. Ketika sedekah menjadri qardhul hasan, kelasnya menjadi berbeda. Kedudukan dan greatnya naiknya, sehingga mengundang banyak orang untuk bergabung, akut andil meminjamkan kekayaannya kepada Islam atas nama wakaf, hibah dan hadiah; sebagai investasi akhirat yang pahalanya kekal abadi, al-baqiyat as-shalihat.

Di mana-mana, kecenderungan orang yang meminjamkan atau memberikan sesuatu umumnya dari sesuatu yang kurang baik. Begitulah tradisinya. Ketika ada orang yang datang butuh pinjaman, sambutannya adalah "dingin". Tapi bagaimana jika peminjamnya adalah Allah `azza wa jalla? Bagaimana jika pinjaman itu dikembalikan berlipat ganda" Masihkah bersikap "dingin" dan masih maukah meminjamkan pinjaman berkualitas jelek. wallahu A'lam.

(Sumber: Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Edisi No.34 Thn.XLV, 13 Dzulhijjah 1439 H/ 24 Agustus 2018 Oleh Abu Taw Jieh Rabbanie)

Post a Comment

 
Top